> >

Tradisi Cuci Pusaka Keraton Kasepuhan Diwarnai Kericuhan

Berita daerah | 11 September 2024, 17:16 WIB

CIREBON, KOMPAS TV - Kericuhan ini berlangsung diruang dalem arum Keraton Kasepuhan Cirebon, Selasa pagi. Sejumlah warga yang berasal dari berbagai wilayah, Kota-Kabupaten Cirebon, Indramayu Majalengka – Kuningan hingga luar daerah lainnya, berebut air bekas cucian pusaka. Barang-barang itu merupakan alat yang digunakan untuk menyajikan makanan saat wali sanga menggelar rapat antara lain, berupa tabsi atau piring besar, piring kecil, gelas, guci, dan lainnya.

Para warga ini mengambil air sisa pencucian dan menyimpannya dengan berbagai wadah, ember kecil hingga besar, drigen, hingga botol plastik. Tak jarang warga basah karena tersiram air hingga terjatuh karena saling dorong dorongan. Prosesi ini diawali dari abdi dalem dan Pasukan Keraton yang berpakaian serba putih. Mereka berbaris memanjang sambil mengeluarkan pusaka secara estafet.

Alat-alat dan perabot sajian yang dibungkus kain putih itu dikumpulkan untuk dicuci bersama-sama. Mereka membacakan shalawat dan juga doa-doa. Pencucian ini dilakukan sebagai upaya untuk melestarikan peninggalan sejarah. Usai dicuci alat ini akan digunakan puncak peringatan hari lahir Nabi Muhammad, pada senin 16 September 2024, mendatang.

Patih Keraton Kasepuhan, Pangeran Raja Muhamad Nusantara, menyampaikan pencucian alat pusaka ini memiliki simbol pembersihan terhadap diri sendiri yang senantiasa melakukan salah dan lupa. Piring yang telah selesai dicuci, kembali dibawa dan akan digunakan pada saat puncak perayaan maulid mendatang. Sementara air cucian pusaka yang berada di dalam kolam menjadi bahan rebutan para warga yang mempercayai keberkahan.

Pusaka alat sajian makan yang dicuci pada saat ini antara lain, sembilan piring besar, empat puluh piring kecil bertuliskan kaligrafi, dua buah guci, dan dua buah kerucut. Seluruhnya merupakan alat sajian makan yang digunakan Sunan Gunung Jati menjamu para wali sanga yang berusia sekitar 600 – 700 tahun.

Dia mengakui bahwa sebagian warga mempercayai air bekas cucian menjadi perantara keberkahan tersendiri. Sebagian menggunakan untuk mengairi area persawahan, hingga membantu warga yang sedang kurang sehat. Air ini hanya dimaksudkan sebagai perantara, sementara harapan tetap kepada sang maha kuasa.

 

Sahabat Kompas TV Sukabumi! Jangan lupa like, comment, dan subscribe channel YouTube Kompas TV Sukabumi, juga aktifkan lonceng notifikasi agar tidak ketinggalan update mengenai isu-isu terkini di Indonesia.

Jangan lewatkan live streaming Kompas TV 24 jam non stop di https://www.kompas.tv/live.

Sosial Media Kompas TV Sukabumi:
YouTube : https://www.youtube.com/c/KompasTVSukabumi/videos
Instagram : https://www.instagram.com/kompastvsukabumi
Facebook : https://www.facebook.com/redaksikompastvsukabumi
Twitter : @ktvsukabumi
TikTok : https://www.tiktok.com/@kompastvsukabumi

Penulis : KompasTV-Sukabumi

Sumber : Kompas TV


TERBARU