> >

Polwan Bakar Suami di Mojokerto, Psikolog Forensik Singgung Baby Blues Syndrome

Jawa timur | 12 Juni 2024, 12:25 WIB
Foto ilustrasi. Seorang Polwan di Mojokerto yang membakar sang suami yang juga seorang polisi di Asrama Polisi (Aspol) setempat ditetapkan menjadi tersangka. (Sumber: Tribunnews)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Pakar psikologi forensik Reza Indragiri memberikan analisanya soal kasus polwan bakar suami di Mojokerto, Jawa Timur, yang dikaitkan dengan baby blues syndrome, kondisi ketika ibu mengalami depresi ringan pascamelahirkan.

Diketahui, Briptu FN, polwan yang membakar suaminya, Briptu RDW, baru melahirkan anak kembar pada empat bulan sebelum peristiwa sadis ini terjadi. Saat ini, ia memiliki tiga anak, di mana yang pertama berusia 2 tahun.

“Proses kehamilan dan persalinan menciptakan ‘guncangan’ hormon yang sifatnya signifikan,” kata Reza seperti dikutip dari tayangan video Kompas TV.

Baca Juga: Polwan Bakar Suami di Mojokerto, Psikolog Sebut Pelaku Alami Penderitaan dan Tekanan Batin

“Maka terjadilah kekacauan berpikir, kekacauan perasaan, itu menjadi hal yang tidak bisa dikesampingkan."

Reza menjelaskan, ketika seorang ibu mengalami baby blues syndrome, maka ada kemungkinan perilakunya tidak koheren dengan cara berpikir.

“Ketika perempuan dianggap mengalami baby blues syndrome, maka sekali lagi kemungkinan perilakunya menjadi tidak koheren dengan berpikirnya,” ucap Reza.

Namun demikian, ia mengakui bahwa baby blues syndrome ini masih kontroversial di kalangan ilmuwan. 

“Ada ilmuwan yang meyakini keberadaan baby blues syndrome, tapi ilmuwan ada yang menyebut baby blues syndrome hanya istilah yang didramatisasi terhadap kondisi perempuan yang baru saja menjalani persalinan,” tuturnya.

“Kita akan menganut pandangan yang mana? Kembali ke tim pemeriksa yang akan memberikan perspektif keilmuannya kepada penyidik."

Penulis : Fiqih Rahmawati Editor : Tito-Dirhantoro

Sumber : Kompas TV


TERBARU