Viral Kawin Tangkap di NTT, Budayawan: Ini Bukan Budaya Sumba, tapi Penyimpangan
Bali nusa tenggara | 9 September 2023, 17:34 WIBKUPANG, KOMPAS.TV - Belakangan ini, viral di media sosial video seorang perempuan diculik karena tradisi kawin tangkap di Kabupaten Sumba Barat Daya, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Budayawan Sumba, Pater Robert Ramone menegaskan praktik kawin tangkap bukan budaya masyarakat Sumba. Menurutnya, praktik kawin tangkap yang masih terjadi kini merupakan "penyimpangan budaya." Ia menjelaskan sebuah perkawinan yang berbudaya dan beradab mesti melalui kesepakatan kedua pihak.
"Yang jelas, kawin tangkap bukanlah budaya orang Sumba, tapi ini adalah penyimpangan budaya," kata Pater Ramone, Jumat (8/9/2023).
Pater Ramone menambahkan, kawin tangkap atau kawin paksa kini jarang terjadi ketimbang dekade 1970-an. Ia menyebut terdapat unsur penindasan psikologis dalam praktik kawin tangkap.
Baca Juga: Mengenal Tradisi Kawin Tangkap di Sumba Barat Daya NTT yang Sedang Viral di Medsos
Menurut Pator Ramone, terdapat beberapa alasan kawin tangkap bisa terjadi. Salah satunya adalah pihak laki-laki merasa terhina atau direndahkan keluarga perempuan lalu menculik sebagai tindak balas dendam.
Dengan menculik, laki-laki biasanya ingin menunjukkan superioritasnya, memiliki harga diri dan tidak mau diperlakukan semena-mena.
Pria pelaku kawin tangkap juga bisa jadi memiliki status sosial atau taraf pendidikan yang lebih rendah dari perempuan. Sehingga, pria ingin membuktikan bahwa, biarpun dari keluarga miskin, bisa memperistri seseorang dari keluarga mapan.
Pater Ramone menyebut antara pelaku dan korban kawin paksa umumnya tidak saling mencintai. Praktik kawin tangkap disebutnya juga dapat terjadi karena keluarga perempuan terlilit utang kepada pihak laki-laki.
"Kawin tangkap adalah sebuah perkawinan tak normal dan lazim, tapi itu terjadi dalam masyarakat kita," kata Pater Ramone sebagaimana dikutip Kompas.com.
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas.com, Kompas TV