> >

Masuk Zona Merah, 12 Warga Gunung Kidul Dinyatakan Terserang Antraks

Berita daerah | 9 Februari 2022, 18:53 WIB
Kepala Dinas Kesehatan Gunung Kidul Dewi Irawaty. (Sumber: Kompas.tv/Ant)

GUNUNG KIDUL, KOMPAS.TV – Terdapat 12 warga Gunung Kidul yang terserang antraks. Hal ini terungkap berdasarkan hasil pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Antraks merupakan penyakit yang menular ke manusia melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi bakteri Bacilluss anthracis.

"Dari 26 sampel yang kami kirim ke Balai Besar Penelitian Veteriner, hanya 12 yang positif antraks, sedangkan lainnya negatif," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul Dewi Irawaty di Gunung Kidul, Rabu (9/2/2022), seperti dikutip dari Antara.

Ia menjelaskan, warga yang terserang antraks berasal dari dua wilayah kecamatan yang masuk zona merah antraks, yakni Kecamatan Gedangsari dan Ponjong.

Tujuh warga yang terserang antraks berasal dari Kecamatan Gedangsari dan lima orang lainnya berasal dari Kecamatan Ponjong.

Baca Juga: Dua Desa di Pulau Jawa Dinyatakan Zona Merah Antraks

Terkait hal ini, petugas kesehatan di puskesmas yang berada di zona merah antraks terus melakukan pemantauan untuk menemukan warga yang mengalami gejala antraks.

Gejala-gejala yang timbul di antaranya mual, pusing, muntah, tidak nafsu makan, suhu badan meningkat, muntah bercampur darah, feses berwarna hitam, sakit perut yang sangat hebat, dan muncul semacam borok pada kulit setelah mengonsumsi atau mengolah daging hewan yang sakit.

Dewi mengatakan, surveilans masih terus dilakukan sehingga diharapkan kasus antraks tidak berkembang. Mengingat, antraks merupakan jenis penyakit zoonosis, penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia.

"Pencegahan antraks tetap pada perilaku warga, agar selektif memilih daging yang segar dan pastikan dari hewan yang sehat," katanya.

Dalam hal ini, Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunung Kidul Retno Widyastuti mengimbau agar warga langsung mengubur hewan ternak seperti sapi dan kambing yang mati karena sakit untuk mencegah penularan antraks.

Penyembelihan hewan ternak yang sakit atau mati, dikatakannya, berisiko menimbulkan penularan antraks. Hal ini menyebabkan bakteri antraks yang berdiam di darah akan kontak dengan udara dan membentuk proteksi sehingga lebih mudah menular.

"Selama ini masyarakat memilih untuk memotong ternak sakit atau mati secara mendadak karena tidak ingin rugi,” pungkasnya.

Baca Juga: DPKP Gunungkidul Konfirmasi 10 Warga Diduga Terpapar Antraks, Ini Gejala-Gejalanya

 

Penulis : Fransisca Natalia Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Antara


TERBARU