> >

Pengamat Tata Kota Ini Soroti Sistem Pengendali Banjir Jakarta Belum Mampu Atasi Perubahan Iklim

Sosial | 5 Februari 2022, 06:40 WIB
Foto ilustrasi banjir di DKI Jakarta. Kondisi banjir di Jalan Letjen Suprapto, Jakarta Pusat, Sabtu (8/2/2020). Hujan deras yang mengguyur Jakarta sejak Sabtu (8/22020) dini hari membuat sejumlah kawasan di Ibu Kota terendam banjir. (Sumber: Kompas.tv/Ant)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Kota Jakarta selalu menjadi langganan banjir setiap tahunnya. Belum ada cara yang betul-betul efektif menangani banjir yang dilakukan masing-masing gubernur di tiap eranya.

Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti Yayat Supriyatna berpendapat, kapasitas sistem pengendalian banjir yang dimiliki Jakarta saat ini tak mampu mengatasi adanya kondisi perubahan iklim.

Menurut Yayat, upaya sistem pengendalian banjir saat ini harus fokus pada meningkatkan kapasitas daya tampung sistem tanah dan air di Jakarta.

"Sistem yang sekarang itu sudah menggali penurunan karena masalah sentimentasi, pendangkalan, sungai-sungai harus di keruk, misalnya Banjir Kanal Timur dan Banjir Kanal Barat harus diperbaiki lagi dengan ditambah intensitasnya. Jadi kalau sungai enggak dinormalkan ya beratlah," jelas Yayat.

Salah satu hal yang harus dilakukan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprorv) DKI Jakarta adalah mempercepat penanganan waduk yang berada di Ciawi.

Baca Juga: Banjir Bandang di Dieng, Motor Terseret Air

Sehingga penanggulangan banjir di Jakarta dapat diatasi dengan normalisasi sungai itu.

"Dengan normalisasi sungainya itu bisa dimaksimalkan kemudian penanganan banjir di Jakarta yang lingkupnya antarwilayah Bogor sampai Jakarta bisa lebih maksimal untuk diatasi," ujar Yayat.

Lebih lanjut Yayat Supriyatna juga mengatakan, penanganan bencana banjir di Jakarta sudah tentu jadi agenda wajib setiap Gubernur DKI Jakarta.

"Memang harus diakui, PR paling besar dari setiap gubernur Jakarta dari tahun ke tahun itu adalah penanganan banjir.”

Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas.com


TERBARU