Perkosa Mahasiswi, Bripka BT Resmi Dipecat Hari Ini
Berita daerah | 29 Januari 2022, 13:29 WIBBANJARMASIN, KOMPAS.TV - Kepolisian Daerah (Polda) Kalimantan Selatan (Kalsel) resmi memecat Bripka BT, polisi pelaku pemerkosaan terhadap seorang mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat (ULM).
Pemecatan tersebut ditandai dengan pelepasan baju seragam dinas dalam upacara pemberhentian tidak dengan hormat (PTDH) yang dipimpin Kapolresta Banjarmasin Kombes Pol Sabana A. Martosumito, Sabtu (29/1/2022).
"Yang bersangkutan mulai hari ini resmi tidak lagi menyandang status anggota Polri dan menjadi warga sipil biasa," kata Kapolresta Sabana kepada wartawan usai upacara PTDH terhadap Bripka BT di halaman Mapolresta Banjarmasin, seperti dikutip Antara.
Sabana mengatakan, kewajiban Polri sudah dituntaskan dalam menindak tegas anggotanya yang melakukan pelanggaran berat tersebut.
Sejak peristiwa pemerkosaan terjadi, kata dia, pelaku langsung diproses secara internal di Bidang Propam Polda Kalsel hingga menjalani sidang kode etik Polri pada 2 Desember 2021 dengan rekomendasi PTDH.
Setelah itu, pelaku mengajukan banding. Namun pada Kamis (27/1/2022), sidang banding menyatakan menolak banding pelaku dan menguatkan putusan PTDH hingga terbit keputusan Kapolda Kalimantan Selatan Nomor: Kep/23/I/2022 tanggal 28 Januari 2022 tentang PTDH dari dinas Polri atas nama Bripka BT.
"Perbuatan pelaku sangat kami kutuk dan tidak bisa ditolerir karena tidak sejalan dengan sosok Polri yang Presisi sebagaimana program Kapolri," tegas Sabana.
Baca Juga: Mahasiswa di Banjarmasin Protes Vonis Rendah Polisi Pemerkosa: Tuntutan Tidak Maksimal!
Selain sanksi internal berupa pemecatan, pelaku juga sudah divonis pidana 2 tahun 6 bulan pada 11 Januari 2022 oleh Pengadilan Negeri Banjarmasin.
Terdakwa divonis bersalah melakukan tindak pidana asusila seperti yang dimaksud dalam Pasal 286 KUHP tentang persetubuhan dengan perempuan yang bukan istrinya sedang diketahuinya perempuan itu pingsan atau tidak berdaya.
Terkait putusan vonis tersebut, Sabana menjelaskan, Polri tidak mempunyai kewenangan karena itu wilayah sistem peradilan umum.
Korban Protes Vonis Ringan
Seperti dilansir Kompas.com, Selasa (25/1/2022), mahasiswi korban pemerkosaan Bripka BT yang berinisial VDPS, sempat menumpahkan kekesalannya atas vonis ringan yang dijatuhkan kepada pelaku.
VDPS menumpahkan kekesalan itu di media sosial miliknya dan kemudian viral.
VDPS menceritakan secara detil ihwal sampai dia bisa diperkosa oleh pelaku.
Menurut VDPS, perkenalan dirinya dengan pelaku bermula saat dia magang di Satres Narkoba Polresta Banjarmasin pada 4 Juli sampai 14 Agustus 2021.
Usai melaksanakan magang, pelaku ternyata sering menghubungi korban dan mengajaknya jalan-jalan.
"Kenapa aku mau diajak kenalan karena posisinya waktu itu aku segan dengan beliau. Apalagi aku anak magang," ujar VDPS seperti yang ditulisnya di media sosialnya.
Baca Juga: Anggota Komisi III DPR, Habiburokhman Desak Polri untuk Tangkap Polisi Pemerkosa di Banjarmasin
Walaupun sering diajak jalan oleh pelaku, korban selalu menolak dengan mengeluarkan berbagai alasan. Namun pada kesempatan lain, korban akhirnya mau diajak jalan oleh pelaku menggunakan sebuah mobil.
Pelaku rupanya sudah merencanakan akan memerkosa korban setelah minuman energi yang dibelinya di sebuah supermarket telah dicampur dengan obat-obatan.
Korban awalnya curiga tetapi terpaksa meminum minuman itu hingga akhirnya tak berapa lama korban lemas dan tak berdaya.
VDPS mengingat, ketika dirinya lemas, pelaku ternyata membawanya ke sebuah hotel. Di situlah korban akhirnya diperkosa sebanyak dua kali.
"Aku dimasukkan ke dalam kamar hotel, pada semalaman itu dia telah menyetubuhi aku sebanyak dua kali dalam kondisiku yang tak berdaya," tulis dia lagi.
Seiring berjalannya waktu, proses hukum terhadap pelaku akhirnya berjalan setelah korban melayangkan laporan.
Sampai pada akhirnya, vonis pengadilan hanya menjatuhkan hukuman 2 tahun 6 bulan penjara terhadap pelaku.
Hukuman yang dinilai sangat ringan itu membuat VDPS kecewa dan meminta keadilan.
"Aku korban pemerkosaan oleh oknum aparat, tapi terdakwa hanya dihukum 2 tahun 6 bulan. Di manakah letak keadilan?! Pelaku telah menghancurkan fisikku dan psikisku seumur hidup," ungkap VDPS.
Penulis : Edy A. Putra Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Antara/Kompas.com