Pemerintah DIY Pertimbangkan Pembinaan Khusus bagi Remaja Pelaku Klitih di Jalanan
Peristiwa | 29 Desember 2021, 14:19 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengungkapkan perlu ada pendekatan khusus bagi anak-anak yang terlibat kejahatan jalanan, termasuk klitih.
Menurut Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) DIY Sari Murti, Klitih adalah salah satu aksi kejahatan jalanan yang mengarah ke kriminal karena melukai orang lain bahkan bisa mengancam nyawa.
Menurut Sari, pendekatan bagi remaja yang diduga menjadi pelaku klitih tidak bisa hanya dengan ceramah. Terutama bagi mereka yang melakukannya atas dasar iseng.
Ia menyebut salah satu cara yang bisa dilakukan adalah pembinaan khusus seperti merawat lansia di panti jompo.
"Ada juga kenakalan remaja yang iseng, kalau iseng perlakuan tidak semua ke ranah hukum. Perlu pembinaan secara khusus, misalnya dimasukkan ke panti jompo sentuh hatinya dengan merawat lansia," kata Sari Murti seperti dilansir Kompas.com, Selasa (28/12/2021).
"Kalau hanya ceramah masuk telinga kiri keluar telinga kanan," ucapnya.
Dari hasil pendataan, ditemukan bahwa sebagian besar pelaku klitih masih berusia belia yakni rentan usia 15 hingga 17 tahun.
Sari menyebut salah satu penyebab yang memicu pelaku melakukan klitih di jalanan adalah karena tidak nyaman saat berada di keluarga.
Terlebih, kata Sari para pelaku yang merupakan bagian dari sebuah geng di Yogyakarta itu lebih merasa diterima dan mendapatkan perhatian di kelompoknya.
Baca Juga: Kronologi 6 Pelaku Klitih Beraksi di Jakal Yogyakarta, Korban Ditendang dan Dibacok saat Pulang
"Sekarang ini banyak geng, mereka merasa lebih nyaman karena mungkin di dalam keluarga kurang mendapatkan perhatian. Setelah masuk geng mereka merasa diterima, remaja juga butuh pengakuan dari lingkungan," kata Sari.
Sementara itu, Sari Murti menambahkan butuh tempat khusus bagi anak-anak pelaku klithih yang mendapatkan diversi. Hal ini penting karena saat pelaku mendapatkan diversi pelaku biasanya dikembalikan ke orangtua masing-masing.
Penulis : Nurul Fitriana Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV/Kompas.com/Kompas.id