Terkait Semeru, Kenapa Perubahan Mitigasi Bencana Butuh Waktu Lama?
Wawancara | 8 Desember 2021, 15:25 WIBKOMPAS.TV - Status tanggap darurat bencana dampak awan panas dan juga guguran Gunung Semeru sudah ditetapkan sejak tanggal 4 Desember 2021 lalu dan akan berlangsung hingga 3 Januari 2022.
PVMBG maupun Kementrian ESDM sudah mengatakan bahwa erupsi Gunung Semeru tidak datang tiba-tiba, sebelumnya sudah ada warning dan sudah ada pemberitahuan.
Tetapi kritikan masyarakat tetap muncul, banyak masyarakat yang tidak tahu akan adanya erupsi Gunung Semeru yang terjadi pada Sabtu (4/12/2021) lalu.
Menurut Pakar Geologi dan Mitigasi Bencana ITS, Amien Widodo, mitigasi terkait gunung berapi termasuk yang baik di Indonesia.
Amien Widodo mengatakan bahwa Badan Geologi sudah membuat peta kawasan rawan bencana dan itu merupakan upaya mitigasi awal yang dibuat oleh Badan Geologi.
Baca Juga: Sambil Menangis, Korban Bencana Semeru: Minta Tolong sama Pak Jokowi Dikasih Tempat yang Layak
Jika dilihat dari karakter budaya Indonesia, selama bertahun-tahun masyarakat hanya diajari terkait respons saja.
Jadi untuk mengubah dari respons menjadi pengupayaan antisipasi mitigasi membutuhkan proses yang lama.
Sosialisasi dan edukasi harus dilakukan secara terus menerus.
Mitigasi bencana tidak hanya menjadi pelajaran-pelajaran dalam kurikulum resmi, tetapi juga menjadi kesadaran publik sehingga nanti para blogger, youtuber, dan content creator dapat membuat karya tentang kesadaran akan antisipasi bencana.
Baca Juga: 40 Rumah Warga Tertimbun Material Pasir dan Lumpur Sisa Banjir dari Lereng Gunung Semeru
Penulis : Shinta-Milenia
Sumber : Kompas TV