Tangkal Radikalisme, 50 Pelajar Se-Indonesia Digembleng Jadi Duta Moderasi Beragama
Agama | 7 Oktober 2021, 17:02 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Untuk tangkal radikalisme dan intoleransi di kalangan pelajar Sebanyak 50 pelajar dari Madrasah dan setingkat SMA se-Indonesia dipertemukan dan digembleng guna menjadi duta harmoni atau moderasi agama.
Hal itu diungkapkan oleh Dirjen Pendidikan Islam (Pendis) Kemenag Prof Dr HM Ali Ramdhani saat membuka secara daring Pelatihan Mentoring Motivator Muda Moderasi Beragama Hotel Royal Malioboro Yogyakarta, Kamis (7/10/2021). Acara yang berlangsung empat hari itu dikhususkan agar para generasi ini memahami konsep moderasi beragama, apalagi di era media sosial.
"Generasi muda harus memiliki wawasan kebangsaan yang baik. Penanaman nilai-nilai moderasi beragama akan menjadi benteng dari maraknya penyebaran faham radikalisme di dunia nyata maupun maya,” papar Ramadhani sebagaimana rilis yang diterima redaksi.
Ramdhani juga menjelaskan di media sosial terdapat Jargon-jargon yang dapat menyesatkan dan rawan menjadikan seorang terpapar radikalisme. Generasi muda ini, menurutnya, harus memiliki wawasan kebangsaan yang baik.
Baca Juga: Banyak Isu Tidak Jelas di Masyarakat, Menag Yaqut: Jangan Mudah Terprovokasi
Hal senada juga diamini oleh Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah Ditjen Pendis Kemenag Prof Dr H Moh. Isom Mag. menurutnya, pihak Kementerian Agamaberupaya merekrut kader-kader muda untuk membuat program-program dan rencana aksi ke masyarakat, agar menanamkan nilai-nilai moderasi beragama.
“Duta harmoni mengajak seluruh warga bangsa supaya benar-benar memuliakan sesama manusia tanpa membeda-bedakan asal, warna kulit, agama, dan latar belakang lainnya,” tuturnya.
Moh. Isom juga mengingatkan, negeri ini diabgnun oleh para pendiri bangsa telah di tengah segala keragaman. Hal itu Itu harus kita pelihara.
“Kita harus saling memuliakan, semua mahluk Tuhan yang mulia. Duta-duta harmoni akan menyuarakan sikap-sikap ini agar kita semua tidak terkontaminasi oleh indoktrinasi yang sekarang marak," tutup Isom.
Pelatihan diikuti 50 siswa Madrasah Aliyah (MA) negeri maupun swasta yang mewakili 34 provinsi se-Indonesia. Mereka lolos seleksi tahap pertama yang diikuti 751 siswa, kemudian tersaring lagi dari 100 siswa di tahap berikutnya.
Penulis : Dedik Priyanto Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV