Sensasi Baru Bermain Gamelan Robot di Yogyakarta Gamelan Festival ke-26
Budaya | 27 September 2021, 12:26 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Ada robot ikut memainkan instrumen gamelan dalam penutupan konser Yogyakarta Gamelan Festival (YGF) ke-26, Minggu (23/9/2021). Penampilan robot yang memainkan instrumen bonang barung itu bisa dilihat penonton yang menyaksikan YGF ke-26 secara daring via www.YGFlive.com.
Robot hologram berwarna biru itu berkolaborasi dengan Saron Groove dan Youngster Gamelan16 Yogyakarta memainkan dua komposisi, Bindri dan Kangen. Kemunculan robot itu bikin sebagian penonton bingung.
Benarkah robot itu memainkan gamelan? Atau, dia hanya ornamen dalam konser penutupan YGF ke-26?
Jawabannya, ada di tepi panggung yang tidak terekam kamera. Jadi, tidak muncul dalam tayangan live streaming.
Baca Juga: Wayang Kreasul Buatan Sapto Raharjo Hiasi Panggung Konser Yogyakarta Gamelan Festival ke-26
Seorang laki-laki dengan oculus -kacamata virtual reality (VR) dan oculus touch atau joystick- terlihat menggerakkan kedua tangannya seperti memukul-mukul sesuatu. Setiap kall tangannya bergerak seperti memukul sesuatu, robot yang muncul di layar live streaming ikut menggerakkan tangannya memukul bonang barung.
“Main gamelan seperti di angan-angan tetapi memainkan gamelan,” Sudaryanto, pemain gamelan virtual dalam YGF ke-26 mengungkapkan kesan pertamanya.
Dalam perhelatan tahunan internasional itu, ia memainkan hasil workshop internal Komunitas Gayam16 bersama dengan Arutala, salah satu pengembang game di Yogyakarta. Hasil workshop internal itu pun ditampilkan dalam penutupan konser YGF ke-26.
Menurut laki-laki kelahiran 37 tahun silam itu, bermain gamelan secara virtual perlu mempelajari instrumen yang dihadapi. Sebab, ketika memainkan gamelan tidak ada wujud benda yang benar-benar dipukul. Ia hanya memukul bayangan yang menyerupai bonang barung.
“Bunyinya sama karena sampling gamelan yang sebenarnya,” ucap Sudar.
Ia mengaku perlu beradaptasi secara teknis dengan gamelan virtual yang dimainkan. Berbeda dengan gamelan konvensional yang sudah lebih dari 20 tahun digelutinya.
Bentuk adaptasi yang lumayan menyita energi adalah mengamati garis bunyi dalam memainkan gamelan virtual. Sebab, ketika pukulan melewati frame nada yang disentuh, maka nada lain yang berbunyi.
Belum lagi, jika gerakan tangan setelah memukul kembali ke atas menyentuh frame nada, maka secara otomatis menimbulkan bunyi yang bisa merusak komposisi lagu.
Sudaryanto juga tidak menampik dalam workshop internal pembuatan gamelan virtual yang diadakan Minggu (13/9/2021) itu sempat mencari formula yang pas. Ada persoalan dalam latensi ketika memainkan gamelan virtual terutama dalam tempo tertentu.
“Waktu itu tidak tahu masalah jaringan internet atau tidak, tetapi sempat ada nada yang telat tergantung tempo yang dimainkan, semakin cepat , latensi semakin lambat,” kata alumni Seni Karawitan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ini.
Baca Juga: Bakal Ada Konser Gamelan Berpadu dengan Robot di Yogyakarta Gamelan Festival ke-26, Catat Tanggalnya
Chief Product Officer Arutala Ambar Setyawan mengaku baru pertama kali berkolaborasi dengan komunitas kesenian.
“Ini pertama kali, biasanya kami berkolaborasi untuk kepentingan bisnis dan perusahaan,” ucapnya.
Kolaborasi bersama dengan Komunitas Gayam16 ini mengusung teknologi yang menghadirkan pengalaman berbeda memainkan gamelan di YGF ke-26.
Ia tidak menampik ada tantangan tersendiri dalam mengembangkan aplikasi ini, seperti memadankan bunyi gamelan yang asli dan virtual.
“Sampai akhirnya kami bisa meningkatkan padanannya dan hampir mendekati suara aslinya, dan akan terus kami kembangkan,” kata Ambar.
Penulis : Switzy Sabandar Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV