Setelah Wajan Raksasa Viral, Kini Giliran Rantai Raksasa di Bantul Bikin Heboh
Berita daerah | 2 September 2021, 15:48 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Rantai berukuran raksasa ditemukan warga Mangir, Triharjo, Pandak, Bantul, Selasa (31/8/2021). Penemuan rantai sepanjang 30,6 meter dan berdiameter 24 sentimeter ini juga menjadi viral setelah penemuan wajan raksasa di Jambidan Bantul.
Rantai raksasa itu ditemukan Murdiyono, operator ekskavator yang saat itu sedang mengeruk pasir dan batu untuk menimbun pusaran air di cekdam Ngancar sekitar pukul
10.30 WIB.
"Ada yang tersangkut saat itu, saya kira jati, ternyata rantai," ujarnya, Kamis (2/9/2021).
Baca Juga: Wajan Raksasa di Bantul Ternyata Peninggalan Zaman Belanda, Ini Fungsinya
Rantai itu tertimbun pasir batu dan air sungai di kedalaman dua meter. Rantai itu melintang membelah aliran Sungai Bedog.
Rantai raksasa itu pun berhasil diangkat menggunakan ekskavator sampai ke tepi cekdam. Setelah itu, warga bersama-sama memindahkan rantai raksasa ke area yang tidak jauh dari cekdam.
Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) DIY menindaklanjuti temuan rantai raksasa. Tim BPCB DIY mengambil sampel rantai raksasa yang akan diteliti di laboratorium.
Penelitian itu akan mengungkap umur dan bahan rantai.
"Kami juga melakukan studi pustaka dan wawanacara warga di sekitar lokasi temuan rantai raksasa Bantul serta mengecek struktur bangunan di lokasi sekitar rantai ditemukan," ucap Ketua Unit Ratu Boko dan Candi Ijo BPCB DIY Tri Hartini.
Dugaan awal, rantai raksasa dibuat dan digunakan pada masa penjajahan Belanda. Struktur bangunan dam mirip dengan dam Kamijoro di Pajangan yang dibangun pada masa penjajahan Belanda.
Baca Juga: Detik-detik Penemuan Wajan Raksasa di Jambidan Bantul
Bentuk rantai juga menunjukkan pembuatannya yang menerapkan teknologi tinggi. Untuk memperkuat hasil penelitian, BPCB DIY juga akan mencari temuan serupa di daerah lain untuk membandingkan nilai sejarah, bahan termasuk fungsi dari rantai tersebut. Rantai raksasa di Bantul ini diproyeksikan masuk ke dalam benda cagar budaya.
Penulis : Switzy Sabandar Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV