Akibat Data Ganda, Keluarga Miskin yang Tinggal di Tengah Hutan Tak Bisa Dapatkan Bansos
Berita daerah | 4 Agustus 2021, 20:33 WIBBALI, KOMPAS.TV - Tidak mudah menjangkau rumah keluarga Gede Wangi, warga Banjar Dinas Sigalgading, Desa Sambirenteng, Kecamatan Tejakula, Buleleng, Bali.
Jalan berliku dan terjal, harus ditempuh dengan berjalan kaki.
Keluarga Gede Wangi tinggal di hutan negara, perbatasan antara Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Bangli, di sebuah rumah yang tidak lagi layak huni.
Bersama tiga anggota keluarga lainnya, Gede Wangi mendiami bangunan dari bambu yang mulai lapuk ini, tanpa listrik, dan sumber air bersih.
Di usianya yang ke-60, Gede Wangi tidak sanggup lagi melakukan pekerjaan berat.
Untuk menghidupi keluarganya, Gede Wangi bekerja mencari rumput untuk dua sapi bagi hasil milik orang lain.
Tidak sanggup membeli beras, makanan utama keluarga ini adalah cacah ketela pohon yang dikeringkan, atau yang lebih dikenal dengan gaplek.
Pada tahun 2018, Gede Wangi masih menerima bantuan raskin, serta terdaftar sebagai peserta jaminan kesehatan nasional, dan bantuan pendidikan untuk anaknya, yang saat ini sudah lulus sekolah.
Namun sejak tahun 2019, keluarga ini tidak lagi menerima bantuan sosial dari pemerintah.
Data ganda dalam data Kesejahteraan Sosial Terpadu, menyebabkan keluarga ini tidak lagi berhak menerima bantuan.
Pemerintah desa berjanji akan memperbaiki data ini, agar keluarga Gede Wangi bisa kembali tercatat sebagai penerima bantuan kesejahteraan sosial, dari pemerintah daerah ataupun pemerintah pusat.
Pada tahun 2018, Gede Wangi juga sempat akan memperoleh bantuan bedah rumah.
Namun program ini tidak bisa terealisasi, karena Gede Wangi tak memiliki lahan sendiri.
Gede Wangi memang tidak banyak mengeluhkan kondisinya.
Namun sebagai warga negara, usahanya untuk mendapatkan hidup layak dan sejahtera, harus mendapat dukungan negara.
Penulis : Dea-Davina
Sumber : Kompas TV