Hasil Riset CfDS UGM: 6 Teori Konspirasi Seputar Vaksinasi Covid-19 yang Beredar di Media Sosial
Sosial | 25 Maret 2021, 13:29 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Center For Digital Society (CfDS) UGM melakukan riset dan kajian terkait persepsi masyarakat terhadap vaksinasi Covid-19 dan sumber informasi yang beredar di media sosial. Riset ini pun mengungkap enam teori konspirasi perihal Covid-19 yang paling banya beredar di media sosial.
Enam teori konspirasi yang dimaksud, meliputi:
1. Motivasi utama perusahaan farmasi dalam menyediakan vaksin Covid-19 adalah untuk mengejar keuntungan yang besar
2. Vaksin Covid-19 menyebabkan kemandulan
3. Penerimaan vaksin Covid-19 merupakan strategi elite global untuk memasang microchip di dalam tubuh masyarakat luas
4. Covid-19 disebabkan oleh radiasi sinyal 5G
5. Covid-19 dapat dicegah dengan menggunakan kalung anti Covid-19
6. Covid-19 adalah penyakit buatan manusia yang digunakan untuk menguntungkan industri farmasi dunia
Dalam mengkaji persoalan ini, CfDS melakukan survei terhadap masyarakat di Indonesia. Ada 601 responden yang terlibat dalam proses ini. Mereka tersebar di wilayah perkotaan dan pedesaan.
Untuk analisis mendalam, CfDS UGM mengambil data dari platform media sosial Twitter, Instagram, dan YouTube.
Baca Juga: Kemenkominfo Beberkan Ribuan Informasi Hoaks Covid-19 dan Vaksinasi, Tersebar di Media Sosial
Menurut Amelinda Pandu Kusumaningtyas, peneliti senior CfDS UGM, teori konspirasi yang paling banyak dipercaya masyarakat adalah teori pertama dan keenam. Dari survei yang dilakukan terdapat 30 persen orang yang mempercayai teori konpirasi pertama dan 15 persen mempercayai teori konspirasi keenam.
Meskipun demikian, bukan berarti sisanya tidak percaya. Hasil survei justru menunjukkan masyarakat yang ragu-ragu terhadap teori konspirasi justru mendominasi. Teori konspirasi kedua sampai keenam didominasi masyarakat yang ragu-ragu dengan persentase 50 sampai 87 persen.
"Sebagian besar masyarakat Indonesia pengguna layanan digital mengakses informasi Covid-19 melalui lini sosial media dan sebanyak 81,5 persen masyarakat masih bersinggungan dengan berbagai bentuk postingan yang memuat teori konspirasi," ujarnya, Rabu (24/3/2021).
Ia mengungkapkan informasi sosial media sangat berpengaruh terhadap pembentukan pendapat masyarakat Indonesia. Terlepas dari latar belakangnya, masih terdapat masyarakat yang terpapar pusaran berita palsu ataupun teori konspirasi yang beredar di sosial media.
Baca Juga: Pakar UGM Bongkar 6 Hoaks Seputar Covid-19
Penulis : Switzy Sabandar Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV