> >

Divaksin Covid-19 saat Kondisi Tidak Prima, Lansia Ini Alami Demam Tinggi dan Batuk Berdahak

Kesehatan | 24 Maret 2021, 14:26 WIB
Sehari setelah vaksinasi Covid-19, lansia Jainem terkulai sakit. (Sumber: (BRAHARJO))


SUKOHARJO, KOMPAS.TV - Seorang perempuan 80 tahun yang tinggal di wilayah kecamatan Bulu, Sukoharjo, Jawa Tengah, terserang demam dan batuk berdahak parah setelah vaksinasi Covid-19.

“Sudah lima hari batuk berdahak itu tak juga hilang. Selama ini saya tidak pernah sakit batuk separah ini,” kata Jainem, warga desa Puron itu, Rabu (24/03/2021) dengan bahasa Jawa.

Jainem ikut vaksinasi pada Jumat pekan lalu (19/3/2021). Ia tak tahu menahu maksud vaksin disuntikkan kepadanya. Ia diminta petugas RT setempat untuk vaksinasi.

Sejatinya kondisi Jainem sedang tidak prima. Di usianya yang sudah senja, tulang sendinya sebagian kaku. Ia berjalan terseok-seok sembari merasakan sakit persendian jika bergerak.

Menjelang vaksinasi, kondisinya tambah kurang fit. Perempuan yang memiliki enam anak ini merasakan serak pada tenggorokannya.

Namun, karena diminta RT setempat, anaknya, Raharjo mengantarkan Jainem untuk vaksinasi.

Sehari setelah vaksinasi, sekujur tubuh Jainem mulai terasa sakit dan demam. Suhu badannya tinggi. Serak di tenggorokan kian parah. Ia mulai batuk-batuk berdahak. Ia juga tak mau makan, karena merasakan pahit di lidahnya.

Tiga anaknya tak mengetahui apakah itu efek dari vaksinasi atau memang sakit yang ia derita. Mereka juga tak pernah melihat ibunya batuk separah itu.

Raharjo, anak menantunya, khawatir mengetahui kondisi tubuh ibunya yang demam tinggi dan tak makan seharian. Ia membeli obat penurun panas paracetamol dari apotek.

“Saya berikan obat itu, namun saya meminta Ibu untuk makan dahulu,” kata dia.

Suhu tubuh Jainem turun, namun serak dan batuknya kian parah.

“Tak bisa menelan makanan,” Jainem menceritakan. Anak-anaknya memberikan obat tradisional jeruk nipis dan kecap. “Biasanya sembuh, tapi ini kok makin parah,” ia menambahkan.

Pada hari kedua setelah vaksinasi, Jainem mulai memaksakan diri makan. Pada mulanya ia justru muntah, bahkan ketika hendak menelan buah.

“Ora kalu (tidak bisa menelan),” kata dia sembari menangis setiap kali memasukkan sesuap nasi ke mulutnya.

Tiga hari batuk berdahak parah Jainem tak reda. Ia pun dibawa ke seorang dokter di bilangan Bulu. Dokter tak menjelaskan apakah sakit Jainem ada kaitannya dengan vaksin yang dimaksukkan ke tebuhnya.

Menurut dokter kepada Jainem, lansia tersebut sakit bronkitis.

Penulis : Purwanto Editor : Eddward-S-Kennedy

Sumber : Kompas TV


TERBARU