Bukan Puting Beliung, Ini Penyebab Wisata Air Blue Lagoon Sleman Porak-Poranda
Berita daerah | 2 Februari 2021, 17:51 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Angin kencang yang memporak-porandakan wisata air Blue Lagoon Sleman pada Minggu (31/1/2021) bukan angin puting beliung. Kepala Stasiun Klimatologi Yogyakarta Reni Kraningtyas menyebutkan angin kencang yang merusak dan menumbangkan pohon kawasan wisata di Sleman itu merupakan microburst.
“Microburst berasal dari downburst terjadi dari awan cumulonimbus (CB),” ujarnya, Selasa (2/2/2021).
Awan CB bisa menghasilkan kilat dan petir. Di dalam awan ini ada udara yang bergerak naik ke atas sehingga membuat awan ini bertambah tinggi. Kemudian, ada aliran udara yang bergerak ke bawah dan menjadi hujan.
Baca Juga: Detik-Detik Pengunjung Panik Saat Wisata Air Blue Lagoon Sleman Porak Poranda Akibat Angin Kencang
Downburst berasal dari kumpulan udara dingin akibat hujan yang mengalir sampai ke permukaan tanah lalu menyebar ke segala arah menjadi angin kencang. Kumpulan udara yang pertama kali jatuh ke permukaan berdampak paling parah karena memiliki kecepatan angin paling tinggi.
Ia menyebutkan durasi microburst berlangsung lima sampai 15 menit dengan kecepatan angin mencapai lebih dari 50 kilometer per jam.
Seperti yang diberitakan sebelumya, wisata air Blue Lagoon Sleman yang berlokasi di Widodomartani, Ngemplak, Sleman porak poranda diterjang angin kencang Minggu (31/1/2021). Hujan deras pada siang hari disertai angin kencang melanda kawasan wisata air Blue Lagoon Sleman pada siang hari.
Baca Juga: Penampakan Pemukiman Warga yang Hancur Diterjang Angin Kencang
Akibat angin kencang, sebuah pohon besar setinggi 20 meter dengan diamter hampir satu meter yang berada di wisata Blue Lagoon Sleman roboh menimpa area kuliner. Tidak hanya itu, pohon tumbang juga menutup akses jalan menuju kolam pemandian serta menghancurkan musala dan pendopo.
Beruntung tidak ada korban jiwa dalam kejadian angin kencang di wisata Sleman ini. Kerugian materiil Blue Lagoon Sleman sekitar Rp 20 juta.
Penulis : Switzy-Sabandar
Sumber : Kompas TV