> >

Kisah Nenek Saparia Tinggal Sebatang Kara Usai Tanahnya Dijual Sang Anak

Peristiwa | 20 Oktober 2020, 12:57 WIB
Nenek Saparia hidup sebatang kara di Desa Polewali, Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. (Sumber: KOMPAS.com/NURWAHIDAH)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Nenek Saparia, berusia 83 tahun, tinggal seorang diri di rumah reyot yang didirikan di tanah milik menantunya di Desa Polewali, Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Di rumah tersebut, Saparia memasak dengan tungku yang disimpan di teras rumah.

Rumah itu hanya memiliki satu ruangan tanpa pintu yang berisi kursi plastik dan ranjang kayu. Saparia tinggal di rumah panggung yang berdinding dan beratapkan seng itu sejak tiga tahun lalu.

Sang suami meninggal dunia kala itu, sementara anak sulungnya yang bernama Sikking tega menjual tanah yang ditempati Saparia tanpa sepengetahuan sang ibu.

Dibantu oleh warga, ibu tiga anak tersebut membongkar rumah yang ia miliki dan memindahkannya ke lahan milik menantu Saparia.

"Saat suami meninggal dunia, anak menjual tanah itupun tidak memberitahukan kepada saya. Saat itu saya menangis ketika mendengar dari orang bahwa tanah di tempati tinggal dijual Sikking Rp 20 juta," kata Saparia dengan bola mata memerah saat ditemui Kompas.com.

Untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari, Saparia bekerja sebagai pemulung. Ia akan berjalan kaki meninggalkan rumah sekitar pukul 05.00 Wita dan pulang siang hari.

Selain mencari botol bekas, ia juga mencari kayu bakar untuk memasak. Botol-botol bekas tersebut dikumpulkan selama dua bulan. Jika sudah mencapai tujuh karung, ia akan menjulanya ke pengepul.

Saparia bercerita jika ia bisanya mendapatkan bantuan beras dari salah satu anggota DPRD Bulukumba. Namun sejak tiga hari terakhir, dia mengaku kehabisan beras.

Untuk menahan lapar, ia terpaksa membeli susu sachet. Namun rasa kenyang dari susu tak membuatnya bertahan. Saat malam ia kerap merasa kelaparan.

Penulis : Dian-Septina

Sumber : Kompas TV


TERBARU