Soal Skripsi Tak Lagi Syarat Utama Lulus S1, Dewan Pendidikan DIY: Itu Ide Lama, Dulu Tidak Populer
Kampus | 31 Agustus 2023, 05:20 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Pihak Dewan Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengatakan, skema kelulusan mahasiswa S1 yang tak wajib membuat skripsi sudah pernah dicetuskan.
Ide tersebut muncul sebelum Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) No. 53 Tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi diterbitkan.
Sebagaimana telah diberitakan, aturan baru tersebut tak mewajibkan mahasiswa S1 untuk membuat skripsi sebagai syarat kelulusan.
Ketua Dewan Pendidikan DIY, Sutrisna Wibawa menilai, ide syarat kelulusan S1 tanpa skripsi sudah pernah dicetuskan sebelumnya dengan nama Tugas Akhir Bukan Skripsi (TABS).
“Ide-ide itu sudah lama, sebelumnya namanya TABS. Hanya itu dulu tidak populer, yang populer kan skripsi. Sekarang diangkat lagi oleh mas menteri (Nadiem),” kata Sutrisna, Rabu (30/8/2023).
Baca Juga: Mendikbudristek Nadiem Makarim: Aturan Tidak Wajib Skripsi Dikembalikan ke Perguruan Tinggi
Sutrisna menjelaskan, melalui skema tersebut, mahasiswa tak wajib mengerjakan skripsi, namun harus mengerjakan karya lain sebagai syarat kelulusan.
“Sebenarnya intinya ekuivalensi, jadi karya lain yang disetarakan kemampuan akademiknya," terangnya, dilansir dari Kompas.com.
Ia menyebut, mahasiswa yang kesulitan mengerjakan skripsi boleh membuat karya inovatif atau tugas akhir yang ditentukan oleh perguruan tinggi dan disetujui oleh senat akademik.
“Sebelum ada aturan ini kan semua harus skripsi sehingga karya yang inovatif dipermak dijadikan skripsi. Nah, kalau sekarang enggak perlu," ujarnya.
Tugas akhir, kata dia, tidak perlu disusun seperti sistematika skripsi yang dahulu pernah dipaksakan.
Meski begitu, ia menilai, aturan terkait tugas akhir mahasiswa S1 dari Mendikbudristek ini perlu diimbangi dengan pemenuhan standar nasional di semua peguruan tinggi.
Menurut Sutrisna, karya mahasiswa S1 selain skripsi itu harus sesuai dengan standar pendidikan tinggi secara nasional.
Penulis : Nadia Intan Fajarlie Editor : Deni-Muliya
Sumber : Kompas TV, Kompas.com