> >

Paguyuban Suporter Tak Terima Polisi Sebut Gas Air Mata Bukan Sebab Jatuhnya Korban Kanjuruhan

Sepak bola | 11 Oktober 2022, 14:24 WIB
Polisi dan tentara berdiri di tengah kabut gas air mata dalam pertandingan Arema vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022). (Sumber: Yudha Prabowo/Associated Press)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Paguyuban Suporter Timnas Indonesia (PSTI) tak terima pernyataan pihak kepolisian yang menyebutkan korban meninggal dalam tragedi Kanjuruhan bukan karena gas air mata. 

Hal itu diungkapkan Ketua Umum PSTI, Ignatius Indro yang mengatakan, fakta terjadi sebaliknya, gas air mata jadi pemicu suporter berhamburan, desak-desakan dan berakibat fatal bagi suporter waktu kejadian tersebut. 

Indro menilai, pernyataan dari pihak Kepolisian justru kontraproduktif dengan penyelidikan yang sedang dilakukan oleh TGIPF kasus Kanjuruhan. 

Apalagi, korban imbas gas air mata juga begitu banyak dan menilai itu sebab terjadinya kepanikan pada Sabtu (1/10/2022) malam di Stadion Kanjuruhan yang membuat 131 orang suporter tewas, termasuk anak-anak dan perempuan, serta ratusan lainnya luka-luka. 

 

"Pernyataan seperti itu kontraproduktif. Kita masih menunggu hasil dari TGIPF. Alasan FIFA melarang jelas, efek gas air mata yang ditimbulkan akan menyebabkan kepanikan, dan itu yang membuat suporter berhamburan berusaha keluar dari stadion secara bersamaan dan itu yang menyebabkan jatuhnya korban," ujar Indro saat dihubungi KOMPAS.TV Selasa (11/10/2022). 

Baca Juga: Siapa 'Orang Kuat’ di Balik Tragedi Kanjuruhan? TGIPF Beri Kode: Saudara Bisa Cium Ya

Indro lantas menambahkan mengenai gas air mata, ia menyebut ada temuan dari TGIPF dari korban yang mengalami perubahan pada retina mata dan ini masih dicari sebabnya.

"Kemarin ada beberapa temuan TGIPF, di mana teman-teman suporter ada yang retina matanya menjadi merah dan wajah yang menghitam, inikan masih diselidiki penyebabnya. Apakah akibat terkena gas air mata, atau ada hal lain. Jadi pihak Polri juga harus bijak dalam berpendapat, jangan sampai mengganggu hasil penyelidikan," ucapnya. 

Ia juga menilai, polisi mulai enggan disalahkan terkait gas air mata dalam tragedi Kanjuruhan. "Mereka berusaha tidak disalahkan karena efek gas air mata itu," ucapnya. 

Penulis : Dedik Priyanto Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV


TERBARU