Respons Keras PBB atas Serangan yang Tewaskan Pasukan Perdamaian TNI AD di Kongo
Berita kompas tv | 25 Juni 2020, 07:39 WIBKOMPAS.TV - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengutuk keras serangan milisi di Kota Beni, Republik Demokratik Kongo.
Serangan tersebut menewaskan seorang pasukan pemelihara perdamaian asal Indonesia, Sersan Mayor Rama Wahyudi.
"Saya mengutuk keras serangan pengecut di Beni, kemarin (Senin, 22/6) yang menewaskan seorang anggota pasukan perdamaian asal Indonesia yang bertugas untuk MONUSCO," kata Kepala Departemen Operasi Perdamaian PBB, Jean-Pierre Lacroix, dalam cuitan di akun Twitternya, sebagaimana dikutip dari Antara, Kamis (25/6/2020).
Baca Juga: Kronologi Prajurit TNI AD Gugur di Kongo, Diberondong Peluru Kelompok Bersenjata
MONUSCO merupakan misi perdamaian PBB di Republik Demokratik Kongo.
Lacroix memastikan bahwa aksi teror tersebut harus ditindak oleh aparat hukum.
Dalam cuitan itu, ia juga menyampaikan rasa syukur kepada Pemerintah Indonesia karena senantiasa mendukung PBB dan Misi Perdamaian PBB.
Kelompok bersenjata Allied Democratic Forces (ADF) menyerang wilayah dekat Kota Beni, Senin malam (22/6).
Serangan itu terjadi saat pasukan MONUSCO, misi yang diikuti Serma Rama Wahyudi, sedang mengadakan patroli rutin.
Di samping Serma Rama, seorang anggota lainnya juga dikabarkan terluka. Namun, ia selamat dan saat ini kondisinya stabil, kata PBB dalam laman resminya.
Baca Juga: Cerita Istri Prajurit TNI yang Gugur di Kongo, Sempat Video Call Sebelum Suami Meninggal
Dalam kesempatan berbeda, Sektretaris Jenderal PBB António Guterres menyampaikan ucapan bela sungkawa kepada keluarga Sersan Rama dan Pemeirntah Indonesia.
Ia menyebut serangan terhadap pasukan perdamaian PBB sebagai bagian dari kejahatan perang.
Oleh karena iu, Guterres mendesak Pemerintah Republik Demokratik Kongo untuk menyelidiki dan membawa para pelaku ke pengadilan.
Tidak hanya itu, Dewan Keamanan PBB dan Kepala MONUSCO Leila Zerrougui juga mengutuk keras serangan tersebut.
Pelaku serangan, ADF, merupakan gerilyawan bersenjata yang memindahkan aksi terornya dari Uganda ke Republik Demokratik Kongo pada 1990-an.
Penulis : fadhilah
Sumber : Kompas TV