> >

Wabah Corona, Sri Sultan HB X Sampaikan Sapa Aruh: Yogya Tidak Lockdown tapi Slowdown

Berita kompas tv | 23 Maret 2020, 14:18 WIB
Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan HB X saat membacakan pesan untuk warga mengenai wabah pandemik Covid-19 yang sedang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta. (Sumber: KOMPAS.COM/YUSTINUS WIJAYA KUSUMA)

KOMPAS.TV - Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengkubuwono X menyampaikan pesan dan imbauan kepada masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terkait wabah virus Corona.

Sri Sultan yang juga Gubernur DIY, mengungkapkannya melalui Sapa Aruh “Cobaan Gusti Allah” di Bangsal Kepatihan, Senin (23/3/2020).

Didamping Wakil Gubernur DIY, Sri Paduka Paku Alam X dan Sekda DIY Kadarmanta Baskara Aji, Sri Sultan HB X meminta maaf tak menyampaikannya di Kraton.

Baca Juga: Mengintip Wisma Atlet Kemayoran yang Disulap Jadi RS Darurat Corona

“Sebetulnya saya akan menyampaikan statement saya kepada masyarakat Yogya, karena pribadi mestinya di Keraton Yogya. Tetapi karena saya bekerja di sini, ngontrol dari sini masalah tanggap darurat, Saya mohon maaf saya lakukan di sini,” katanya dikutip dari Kompas.com.

Sri Sultan HB X kemudian membacakan Sapa Aruh kepada warga.

Assalammualaikum wr. wb.

Semoga kedamaian, keberkahan, dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa senantiasa menyertai kita semua Para warga Yogyakarta, juga anak-anakku yang sedang belajar di rumah, Saudara-saudaraku semuanya.

SAYA, Hamengku Buwono, pada hari-hari ini yang syarat akan ketidakpastian, yang digambarkan oleh Pujangga Wekasan, Ranggawarsito dalam serat Kalatidha, suasana tidha-tidha yang sulit diramal, penuh rasa was-was. Saya mohon para warga agar bersama-sama memanjatkan doa ke haribaan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, agar Kita diberi petunjuk di jalan lurus-NYA kembali pada ketenteraman lahir dan batin.

Di masa tanggap darurat bencana virus corona ini, kita harus menghadapinya dengan sikap sabar-tawakal, tulus-ikhlas, pasrah lahir-batin, disertai ikhtiar yang berkelanjutan. Sama seperti juga bagi saya, yang berkewajiban menjadi pamong praja beserta pamomong rakyat Yogyakarta, harus berpegang teguh pada ajaran Jawa: “Wong sabar rejekine jembar, Ngalah urip luwih berkah”.

Suasana dualistis ini ibarat mata uang logam, di balik “bahaya” ada “peluang”, bagaikan pedang bermata dua, bisa untuk “membunuh musibah” atau “bertahan hidup”. Islam mengajarkan, di balik cobaan hari ini selalu ada berkah yang datang kemudian. Kemudahan memang tampak enak, dan bisa membuat orang terlena. Di mana seorang pengemudi mobil mengantuk? Bukan di jalan sulit dan sempit, tetapi di jalan raya yang mulus. Pepatah Jawa mengatakan: “kêsandhung ing râtâ, kêbêntus ing tawang”.

Penulis : Haryo-Jati

Sumber : Kompas TV


TERBARU