Suara Lantang Diplomat Minahasa - SINGKAP
Singkap | 1 Maret 2020, 12:19 WIBMerdeka bukan hanya bertempur di medan perang namun kemerdekaan bangsa Indonesia wajib tercatat dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB dan diakui dunia lantas siapakah tokoh dibalik perjuangan diplomatik tersebut?
Adalah Lambertus Nicodemus Palar atau yang akrab disapa Babe Palar kepiawaiannya berdiplomasi mengantarkan Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Pada sidang dewan keamanan PBB 22 Desember 1948 L.N Palar menuntut agar dewan keamanan PBB mengeluarkan perintah penghentian serangan dan penarikan kembali pasukan Belanda serta membebaskan para tokoh pimpinan yang menjadi tawanan.
Dalam sidang tersebut sempat terjadi perdebatan sengit antara Palar Dan van Roijen sebagai perwakilan Belanda di PBB namun Palar berhasil meyakinkan dunia bahwa Indonesia layak merdeka.
Serangan umum 1 Maret 1949 menjadi puncak kemenangan diplomasi di kancah PBB propaganda Belanda sejak agresi militer Belanda II bahwa Republik Indonesia sudah tidak ada dipatahkan oleh L.N Palar dalam pidatonya pada sidang dewan keamanan PBB 10 Maret 1949 di Amerika Serikat.
L.N Palar sebagai perwakilan pertama Indonesia di PBB akhirnya berhasil membawa bendera Indonesia di sidang umum PBB.
Masih dari tanah minahasa sejarah tokoh diplomat legendaris yang tak kalah menariknya adalah Alexander Andries Maramis.
AA Maramis dikenal sebagai salah satu tokoh pendiri bangsa yang tergabung dalam anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia panitia Sembilan.
AA Maramis sebagai anggota panitia sembilan BPUPKI bertugas merumuskan dasar negara dengan nilai-nilai utama dari prinsip ideologis pancasila yang digariskan Soekarno dalam pidatonya pada 1 Juni 1945.
Namun tetap melihat bangsa Indonesia dengan latar belakang agama dan suku yang beragam, Sebagai bentuk penghormatan nama AA Maramis diabadikan sebagai nama jalan di sepanjang jalan menuju bandara Sam Ratulangi Kota Manado Sulawesi Utara sementara itu di sisi kiri jalan terdapat monumen AA Maramis yang diresmikan pada 15 November 1985.
Monumen sederhana ini menjadi pengingat sejarah perjuangan bapak bangsa dari tanah Minahasa. #Singkap
Penulis : Yudho-Priambodo
Sumber : Kompas TV