Penanganan Banjir, Tidak Bisa Hanya Mengandalkan Laut
Sapa indonesia | 5 Januari 2020, 19:03 WIBBanjir yang melanda jakarta, di awal tahun 2020, menjadi catatan suram.
Muncul pertanyaan, seperti apa konsep pengendalian banjir di wilayah jabodetabek?.
Data dari badan nasional penanggulangan bencana, bnpb tercatat, terdapat 169 titik banjir, yang berada di wilayah jabodetabek, hingga banten.
Sementara itu, hingga 4 januari 2020, pukul 1o w-i-b, tercatat 53 orang meninggal dunia, akibat banjir yang menerjang sebagian wilayah jabodetabek. Proyek normalisasi sungai ciliwung dituding mandek, hingga menjadi salah satu penyebab banjir di jakarta.
Berdasarkan data teknis kementerian pupr, panjang sungai utama ciliwung mencapai 109,7 kilometer.
Dari jumlah tersebut, proyek normalisasi direncanakan sepanjang 33,69 kilometer. Namun realisasinya hanya 16,19 kilometer.
Penanganan banjir di bagian hilir pun juga menjadi sorotan. Salah satunya terkait minimnya ruang terbuka hijau, atau RTH.
Luasan RTH di Jakarta terus menurun. Di tahun 1965 luas RTH 37,2 persen. Luasnya turun drastis di tahun 2018, yaitu hanya mencapai 9,8 persen.
Padahal, undang-undang nomor 26, tahun 2007 tentang penataan ruang, mewajibkan RTH sebesar 30 persen. Salah satu masalah yang terus dibenahi di ibu kota Jakarta adalah banjir.
Cuaca ekstrim, tentu menjadi salah satu penyebab.
Namun seperti apa konsep Pemprov DKI Jakarta, dalam mengendalikan banjir? Apakah sudah dikerjakan secara maksimal?
Penulis : Dea-Davina
Sumber : Kompas TV