> >

Gerakan Belarasa, Inpsirasi dari Paus Fransiskus untuk Anak Keluarga Marjinal

Humaniora | 25 April 2025, 01:00 WIB
Gerakan Belarasa Inpsirasi dari Paus Fransiskus untuk Anak Keluarga Marjinal
Lembaga Daya Dharma (LDD) Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) memperjuangkan masa depan anak-anak dari keluarga prasejahtera melalui Program Pelayanan Anak.  (Sumber: istimewa )


JAKARTA, KOMPAS.TV- Di tengah kehidupan Jakarta yang hiruk pikuk, jauh di pesisir utara dan pinggiran ibu kota,  Lembaga Daya Dharma (LDD) Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) memperjuangkan masa depan anak-anak dari keluarga prasejahtera melalui Program Pelayanan Anak. 

Tidak dengan konsep "memberi" seperti sedekah searah, melainkan dalam semangat subsidiaritas, membangkitkan kekuatan dari dalam komunitas sendiri.

Warga Jakarta diundang untuk hadir di Museum Nasional Jakarta pada Sabtu, 3 Mei 2025 mendatang untuk menyaksikan peluncuran Gerakan Belarasa. Rangkaian acara hari itu akan menjadi panggung utama bagi mereka yang selama ini dianggap “tidak punya suara”, seperti warga prasejahtera, anak-anak dari keluarga marjinal, dan komunitas pesisir utara Jakarta.

Baca Juga: Paus Fransiskus Dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore Bukan di Vatikan, Ternyata Ini Alasannya

Ya, para pengunjung Gerakan Belarasa akan menyaksikan sendiri dan menentukan bagaimana akan terlibat dalam upaya Belarasa yang terinspirasi dari kunjungan Paus Fransiskus ke Jakarta pada tahun lalu yang menjadikan Belarasa sebagai salah satu tema kunjungan. 

Dita Anggraini, staf Pelayanan Anak dari Lembaga Daya Dharma Keuskupan Agung Jakarta (LDD KAJ), menjelaskan bahwa layanan anak yang mereka lakukan saat ini mencakup 12 wilayah, khususnya di daerah pesisir Jakarta Utara dengan mayoritas adalah keluarga buruh pengupas kerang, nelayan, hingga pemulung ikan asin. Mereka menjadi bagian utama dari pengelolaan 8 PAUD dan 6 Kelompok Belajar Anak (KBA). 

“LDD KAJ bekerjasama dengan mereka, bukan memberi. Kebanyakan pendamping di sana ibu rumah tangga lulusan SD atau SMP. Tapi setelah kami latih, mereka jadi guru-guru yang tangguh. Bahkan ada yang kemudian termotivasi ikut sekolah paket hingga kuliah,” ungkap Dita dalam siaran pers Kamis (24/4/2025).

Filosofi utama program ini adalah melibatkan warga lokal secara aktif. Mereka bukan penerima pasif, tetapi penggerak. 

"Kami tidak pernah mengklaim bahwa PAUD itu milik LDD. Kami selalu katakan: ini milik masyarakat. Maka masyarakat juga mengelola bersama," kata Dita. Inilah makna nyata dari subsidiaritas: keyakinan bahwa siapa pun, semiskin apa pun, memiliki kekuatan untuk berkontribusi," ucapnya.

Ragam Persoalan

Penulis : Switzy Sabandar Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU