Kepala BMKG Sebut Ilmu Titen Jawa Bisa Dipakai untuk Mitigasi Bencana: Kearifan Melihat Tanda Alam
Peristiwa | 6 Februari 2025, 14:21 WIB
JAKARTA KOMPAS.TV - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut kearifan lokal dapat digunakan masyarakat untuk mitigasi bencana. Salah satu kearifan lokal yang dicontohkan Dwikorita adalah ilmu titen orang Jawa.
"Jadi pakai ilmu kearifan dengan melihat sekitarnya, kalau orang Jawa ilmu titen, harus mempunyai kearifan melihat sekitar, biasanya kalau awan sudah tebal, menghitam, itu segera mencari tempat yang aman, masuk ke rumah atau ke gedung ya, karena biasanya akan ada hujan lebat, dapat disertai kilat dan petir, bisa disertai angin puting beliung," kata Dwikorita di Antara Heritage Center Jakarta Pusat, Rabu (5/2/2025).
Dwikorita menyatakan, ilmu titen digunakan orang Jawa untuk membaca tanda-tanda alam dalam memprediksi bencana. Misalnya awan berekor yang dilihat sebagai potensi terjadinya angin puting beliung.
"Kalau sampai ada gambar ekor seperti belalai, itu bisa jadi angin puting beliung. Jadi itu kalau ada, segera cari tempat yang aman, jangan berteduh di bawah pohon atau di bawah tegakan-tegakan, itu bisa roboh, bahkan rumah yang tidak kokoh bisa roboh juga," katanya.
Baca Juga: Indonesia Dikepung Bibit Siklon Tropis, BMKG Imbau Waspada Hujan-Angin dan Gelombang Tinggi 6 Meter
Kepala BMKG itu menambahkan, ilmu titen juga bisa digunakan dalam memprediksi bencana di wilayah sungai. Jika cuaca cerah tetapi di hulu tampak awan yang gelap atau mendung, masyarakt diimbau segera keluar dari area sungai.
Prediksi serupa juga bisa dilakukan di kawasan pegunungan. Jika di lereng gunung terlihat ada retakan atau tanah ambles, bahkan keluar rembesan air atau mata air secara tiba-tiba dengan air keruh, masyarakat diimbau segera meninggalkan lereng gunung.
"Segera aja keluar dari sungai, meskipun mendungnya itu masih terlihat di hulu, bisa terjadi banjir bandang, apalagi kalau air sungai tiba-tiba menjadi keruh, juga kalau ada di lereng-lereng gunung, kita tamasya di lereng gunung, tiba-tiba kok langit mendung, segeralah menjauh dari lereng gunung," kata Dwikorita dikutip Antara.
Dwikorita pun mengimbau masyarakat waspada akan potensi bencana ketika puncak musim hujan pada Januari-Februari 2025. BMKG memprediksi musim hujan berlangsung hingga bulan Maret, sedangkan April transisi dari musim hujan ke musim kemarau.
Masyarakat diimbau senantiasa memonitor perkembangan cuaca dan informasi terkini di kanal resmi BMKG. Dwikorita mengimbau masyarakat tetap waspada potensi cuaca ekstrem yang hampir merata di seluruh wilayah Indonesia.
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV