Pengamat Sebut Kasus Hukum Jadi Cara Buat Airlangga Mundur: Ini Politik Tingkat Tinggi, By Design
Peristiwa | 15 Agustus 2024, 12:28 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno sebut persoalan hukum menjadi cara untuk membuat Airlangga Hartarto mundur dari jabatan Ketua Umum Partai Golkar.
Demikian Adi Prayitno dalam program Satu Meja The Forum dengan tema ‘Airlangga Hartarto Mundur, Siapa Penguasa Golkar?’ di Kompas TV, Rabu (14/8/2024).
“Ya kan sebenarnya pasti buka-bukaan, Pak Airlangga yang di atas angin posisinya, beberapa waktu yang lalu mendapatkan dukungan mayoritas dari pemilih-pemilih DPD tingkat 1 dan tingkat 2 tiba-tiba mundur. Tentu pasti ada sesuatu yang misterius. Apa? Pasti ada persoalan-persoalan yang dikaitkan dengan persoalan hukumnya Pak Airlangga, salah satunya pasti,” kata Adi.
Baca Juga: Pengamat: Ada Pihak Eksternal Mainkan Instrumen Politik di Partai Golkar, Dia Sangat Power Full
“Karena kalau tidak ada persoalan hukum, kalau persoalan politik, saya kira agak gampang untuk dibantah, prestasi Airlangga luar biasa, ekonomi oke waktu menjadi Menko, Pileg dan Pilpres kontribusinya oke. Kan kalau kita membaca pembicaraan publik, satu-satunya kelemahan Pak Airlangga adalah selalu dikaitkan dengan persoalan-persoalan hukum,”kata Adi.
Maka itu, Adi menyebut kasus mundurnya Airlangga Hartarto dari jabatan Ketua Umum Partai Golkar sebagai kasus politik tingkat tinggi.
“High politic, kalau hari ini misalnya banyak upaya-upaya Munaslub muncul di mana-mana pasti ada yang menduga, ini penjagalan, ini kudeta, ada intersep dari kekuasaan politik. Artiya apa, ada tuduhan untuk mengkudeta Airlangga dengan cara-cara inkonstitusional,” jelas Adi.
Baca Juga: Ahok Sedih Lihat Partai Golkar: Tampaknya Ada Skenario Khusus di Sini
“Kalau kemudian Airlangga mundur artinya ada alasan bagi Golkar untuk memajukan Munas. Artinya apa, ada kesan Airlangga itu mundur ikhlas lillahi ta'ala tanpa tekanan, tanpa persoalan. Sehingga kalau Munas itu dilakukan di bulan Agustus dengan alasan karena vacuum of power nggak ada ketua umum, di situ ada kekosongan harus diisi dengan ketua umum, ini yang disebut politiknya tingkat tinggi dan by design, luar biasa,” tambah Adi.
Penulis : Ninuk Cucu Suwanti Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV