> >

Emosi Adalah Maut: Anak Muda Gampang Naik Darah hingga Membunuh

Peristiwa | 23 Juli 2024, 09:53 WIB
Pelaku berinisial FA (baju kuning) saat memperagakan kejadian pembunuhan terhadap AH di warung di Pamulang, Tangerang Selatan, Senin (13/5/2024). (Sumber: Dok. Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Tim Jurnalisme data Kompas menemukan fakta, sebagian besar atau 38,7 persen kasus pembunuhan dipicu karena alasan sepele.

Temuan yang dipublikasikan di Harian Kompas Senin (22/7/2023) ini merupakan hasil analisis dari 1.113 berkas perkara pengadilan tingkat pertama kasus pembunuhan yang diputus selama 2022-2024, yang diakses dari situs Direktori Putusan Mahkamah Agung yang melibatkan 1.349 pelaku dengan 1.013 korban.

Dari alasan sepele yang membuat pelaku naik darah itu, juga melibatkan minuman keras beralkohol. Terbukti, dari 392 kasus pembunuhan, sebanyak 48 persen atau 164 orang menjadi korban pembunuhan berbau alkohol. 

Baca Juga: Alasan Gerindra Dukung Marshel, Habiburokhman: Beliau Anak Muda Cerdas, Punya Wawasan Luas

Namun yang cukup miris, Tim Jurnalisme Data Kompas juga mengungkapkan bahwa 65 persen pelaku pembunuhan adalah anak-anak muda dalam rentang usia 19-35 tahun. Dengan kata lain, bila dirata-ratakan dalam 10 jam, ada satu orang mati terbunuh di Indonesia. Mereka mati di tangan anak muda yang mudah tersulut emosi.

Salah satu kasus itu misalnya yang terjadi di Sleman, Yogyakarta yang melibatkan David dan Tegar sebagai korban oleh Yunus si pelaku pada Mei 2022 silam. Awalnya, hanya sekelompok anak muda yang tersinggung dan marah dan saling menantang. Apa yang terjadi? Yunus mengambil pisau lipat lalu menusuk David dari belakang dan menyerang Tegar. Keduanya pun roboh hingga meninggal dunia.

Di Bandung, Jawa Barat, Muhamad Gilang Rizaluddin yang masih berusia 23 tahun tega menghabisi nyawa temannya sendiri, Muhammad Dodi Al Ghifari yang masih 17 tahun. Alasannya sepele, Dodi mendengar Gilang bicara di telepon yang mengatakan, "Ah, biasa wae barudak berenyit," (ah, biasa anak-anak kecil). Tapi Dodi merasa diremehkan dengan sebutan barudak berenyit itu. Cekcok mulut keduanya tak terhindarkan hingga terjadi perkelahian. Bukan perkelahian biasa, Gilang menusukkan pisau ke punggung Dodi hingga tewas. 

Baca Juga: Dari Sidang Dante, Yudha Arfandi Bantah Lakukan Pembunuhan Berencana

Psikilog Forensik Reza Indragiri menyebutkan provokasi yang hebat bisa memicu orang melakukan tindakan agresif.

"Motif emosi sesaat ini bisa memunculkan perilaku agresif yang bersifat impulsif atau reaktif," katanya.         

Penulis : Iman Firdaus Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV/kompas


TERBARU