> >

Peralihan ke La Nina, Waspadai Banjir Bandang, Tanah Longsor dan Puting Beliung di Sejumlah Wilayah

Peristiwa | 2 Juli 2024, 07:51 WIB
Ilustrasi. BNPB mengimbau masyarakat dan pemerintah daerah mewaspadai dampak La Nina. (Sumber: Pixabay via bpbd.bogorkab.go.id)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Sejumlah wilayah berpotensi mengalami dampak cuaca ekstrem seperti banjir bandang, tanah longsor hingga puting beliung akibat dari peralihan El Nino ke La Nina.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut dampak fenomena peralihan cuaca dari El Nino ke La Nina mulai dirasakan oleh masyarakat di sejumlah daerah pada sisi utara ekuator Indonesia.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan dampak peralihan cuaca ke La Nina memicu peningkatan hujan hingga menimbulkan bencana hidrometeolorogi basah seperti banjir bandang, angin puting beliung, dan tanah longsor.

Baca Juga: BMKG Keluarkan Peringatan Dini, 26 Wilayah Berpotensi Hujan Lebat Disertai Petir 2-3 Juli 2024

Menurut BNPB, dampak peralihan cuaca tersebut mulai melanda sejumlah daerah di utara ekuator seperti Sumatera Utara, Maluku Utara, dan Sulawesi Tengah, khususnya sepanjang dasarian III Juni 2024.

“Setelah angin puting beliung melanda Deli Serdang. Beberapa hari lalu banjir melanda Bolaang Mongondow, Gorontalo, dan daerah lainnya di Sulawesi Tengah yang lebih dari 3.233 jiwa terdampak saat Indonesia umumnya sedang musim kemarau,” kata Abdul dalam siaran daring yang diikuti di Jakarta, Senin (1/7/2024), dikutip dari Antara.

Dia memaparkan hal demikian terjadi karena La Nina semakin memperkuat keberadaan fenomena atmosfer Madden Julian Osciliation (MJO) yang bergerak dari barat ke timur Indonesia dalam pembentukan awan penghujan di sisi utara ekuator Indonesia.

Baca Juga: Kebakaran Rumah di Kediri, 1 Orang Ditemukan Meninggal Dunia

Wilayah yang Alami La Nina Juli 2024

Berdasarkan analisis BNPB, dampak La Nina diprakirakan akan berlangsung hingga dasarian II Juli 2024 dan berpotensi meluas hingga Papua Barat dan sekitarnya.

“Prediksi ini tidak berubah karena berdasarkan prakiraan curah hujan dan tidak hanya berpatokan pada prakiraan cuaca daerah yang berpotensi dilanda bencana tapi dilihat dari rekam jejak bencana 10 tahun terakhir,” kata Abdul.

Penulis : Dian Nita Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV, Antara


TERBARU