> >

SBY Sebut Presiden Indonesia Mendatang Mesti Memahami Cara Jaga Stabilitas Asia

Rumah pemilu | 7 Januari 2024, 12:09 WIB
Presiden Keenam RI Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bicara capres usai makan malam di Rumah Makan Warunge Dewek, Baturraden, Kabupaten Banyumas, Rabu (11/1/2023). (Sumber: Kompas.com/(Fadlan Mukhtar Zain)

JAKARTA, KOMPAS TV - Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY mengingatkan agar presiden Indonesia selanjutnya mesti memahami pentingnya cara menjaga stabilitas di kawasan Asia. 

Sehingga, nantinya yang terpilih pada Pilpres 2024 bisa membangun diplomasi secara baik dengan negara-negara di Asia. 

Hal ini dituliskan SBY dalam akun X pribadinya @SBYudhoyono yang dikutip pada Minggu (7/12/2024). 

Baca Juga: SBY Soroti Debat Capres Cawaepres Jangan Banyak Memberikan Janji

"Jika presiden Indonesia mendatang sungguh memahami pentingnya menjaga stabilitas kawasan Asia (baik Asia Timur maupun Asia Tenggara), maka yang bersangkutan akan bisa memainkan politik luar negeri dan diplomasi yang cerdas (bisa dengan membangun kebersamaan negara-negara ASEAN) agar konflik apapun yang terjadi di Asia Timur dan tentunya Asia Tenggara dapat dicarikan solusi yang lebih “damai”. Sehingga tidak terjadi malapetaka di kawasan Asia bahkan di dunia, yang bakal memporak-porandakan perdamaian dan keamanan internasional," tulis SBY. 

Awalnya SBY berpendapat, ada 3 pilpres di tahun 2024 ini yang bisa memengaruhi geopolitik dan keamanan di kawasan Asia. 

"Geopolitik dan keamanan kawasan yang saya maksud adalah ketegangan yang tinggi antara Tiongkok dengan Taiwan (saya gunakan istilah Taiwan agar secara internasional mudah dipahami), meskipun saya mengerti bahwa bagi Tiongkok permasalahan Taiwan adalah isu dalam negeri," tuturnya. 

"Juga ketegangan antara Tiongkok dan Amerika Serikat yang berkaitan dengan hubungan Tiongkok - Taiwan yang memanas tahun-tahun terakhir ini," ujarnya.  

Menurut SBY, menarik untuk diikuti, pilpres di Taiwan pada Januari 2024 ini dan juga pemilihan presiden di Amerika Serikat pada November 2024 mendatang. 

Jika Presiden Taiwan yang baru adalah sosok yang bergaris keras dan sangat anti Tiongkok, ketegangan keduanya akan makin meningkat. 

"Demikian juga jika Presiden Amerika Serikat pasca Pilpres 2024 juga sosok yang bergaris keras dan sangat anti “unifikasi Tiongkok – Taiwan” yang makin diagendakan oleh pemimpin Tiongkok saat ini, maka kawasan Asia Timur betul-betul menjadi sebuah flashpoint yang setiap saat bisa meledak menjadi guncangan geopolitik dan keamanan di Asia."

"Sebaliknya jika baik Presiden Amerika Serikat dan Presiden Taiwan yang baru nanti lebih bergaris moderat dan bersedia untuk memasuki wilayah “take and give”, kekhawatiran dunia terhadap terbukanya konflik militer terbuka di kawasan Asia Timur bisa berkurang," kata SBY. 

Selain dua pilpres itu, kata SBY, pesta demokrasi di Indonesia juga bisa memengaruhi kondisi geopolitik dunia. 

Baca Juga: Pujian Prabowo Subianto ke SBY Terkait Kepemimpinannya Atasi Tragedi Bencana Aceh 2004

"Ada lagi pemilihan presiden yang jika dikaitkan dengan geopolitik dan keamanan kawasan Asia juga memiliki arti yang penting, yaitu pemilihan presiden Indonesia yang akan dilaksanakan pada bulan Februari 2024 mendatang."

"Seperti kita ketahui, Indonesia adalah negara terbesar di Asia Tenggara di samping menjadi anggota G20. Karenanya, Indonesia kerap dipandang sebagai regional power dan sekaligus global player," ujarnya. 

Penulis : Fadel Prayoga Editor : Deni-Muliya

Sumber : Kompas TV


TERBARU