> >

Berkaca Pengalaman di 2004, JK Nilai Tak Jaminan Koalisi Besar Bisa Menang Pilpres: Tergantung Tokoh

Politik | 14 Agustus 2023, 22:00 WIB
Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI Jusuf Kalla saat berdialog di di program Satu Meja The Forum KOMPAS TV bertema Jokowi Intervensi Pesta Demokrasi?, Rabu (10/5/2023). (Sumber: KOMPAS TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Koalisi besar yang ada di tubuh Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) tidak menjamin sebuah kemenangan dalam pemilihan presiden. 

Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI Jusuf Kalla menjelaskan, berkaca pada Pemilu 2004, saat menjadi cawapres Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), pasangan capres-cawapres hanya didukung oleh Partai Demokrat, dan didukung oleh PBB dan PKPI.

Namun bisa tembus ke putaran kedua mengalahkan paslon capres-cawapres lain yang didukung oleh koalisi partai besar. 

Di putaran kedua, koalisi partai yang mendukung dan mengusung SBY-JK juga tidak sebanyak paslon Megawati Soekarnoputri dan Hasyim Muzadi, namun bisa memenangkan Pilpres dengan perolehan 60 persen suara nasional.

Menurutnya, dalam pemilihan calon presiden, masyarakat tidak lagi melihat partai yang mendukung dan mengusung, melainkan sosok yang ditawarkan sebagai kepala negara.

Baca Juga: Alasan Jusuf Kalla Pesimis Prabowo Menang, Usai Partai Pengusung Bertambah

"Yang memilih kan rakyat. Partai yang mengusulkan, yang memilih (tetap) rakyat. Terserah rakyat bagaimana, rakyat ada yang ikut partainya, ada juga yang tidak. Selama ini begitu," ujar JK di Markas PMI Pusat, Jakarta Selatan, Senin (14/8/2023).

"Jadi tidak ada jaminan (menang pilpres), sama dengan saya waktu 2004," sambung JK. 

Lebih lanjut, JK menilai tugas partai di Pilpres 2024 nantinya yakni meyakinkan pemilih terhadap bakal capres dan cawapres yang didukung. 

Hal ini berkaca dari pilpres sebelumnya, yakni faktor kemenangan bukan lagi bergantung pada koalisi besar, melainkan pada tokoh yang diusung sebagai bakal capres dan cawapres.

Penulis : Johannes Mangihot Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU