Prabowo Ingin Pindahkan Makam Diponegoro ke Yogyakarta, Begini Akhir Hayat Sang Pangeran di Makassar
Humaniora | 14 Juli 2023, 13:48 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Bakal calon presiden (bacapres) Koalisi Partai Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) Prabowo Subianto ingin memindahkan makam Pangeran Diponegoro dari Kota Makassar ke Yogyakarta. Hal itu dia sampaikan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) XVI Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) di Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (13/7/2023).
"Saya bicara sekarang adalah juga tadi kebanggaan, di sini tempat perjuangan, sebagaimana semua daerah ada pengorbanannya. Dan di sini, di kota ini juga ada makam Pangeran Diponegoro yang dibuang dari daerah asalnya," ujar Prabowo.
"Perlu kita pikirkan, seorang yang berjuang, tertawan oleh musuh, puluhan tahun dibuang, tidak boleh kembali ke kampung halamannya di saat Indonesia merdeka. Mungkin saya sodorkan suatu pemikiran dengan seizin rakyat Sulawesi Selatan, kita kembalikan beliau ke kampung halamannya sendiri," katanya.
Sejarah mencatat Diponegero meninggal di Makassar, setelah dibuang ke Manado, Sulawesi Utara. Perjalanan pemindahan Diponegoro dari Manado ke Makassar disusun sangat rapih dan penuh rahasia.
Sejarawan Inggris Peter Carey dalam bukunya "Takdir, Riwayat Pangeran Diponegoro (1785-1855)" yang diterbitkan KOMPAS menyebut pemindahan tahanan dan keluarga Diponegoro ini sebagai perjalanan yang menyiksa, yang berlangsung selama 21 hari, antara 20 Juni hingga 11 Juli 1833.
Baca Juga: 11 November 1785 Pangeran Diponegoro Lahir, "Sang Ratu Adil" Pemimpin Utama Perang Jawa
Diponegoro diasingkan oleh Belanda dari tanah kelahirannya di Yogyakarta, setelah perang Jawa berakhir pada 1830. Pangeran Diponegoro sebagai pimpinan perang ditangkap, kemudian diasingkan ke Manado di Sulawesi Utara, di Benteng Fort Nieuw Amsterdam. Sang Pangeran diasingkan bersama sebagian anggota keluarga dan para pengikutnya yang setia.
Namun karena beberapa pertimbangan, di antaranya cuaca yang dinilai terlalu dingin, Diponegero kemudian dipindahkan ke Makassar, ke Benteng Fort Rotterdam, benteng besar buatan Admiral Speelman (1628-1684).
Di Makassar, Pangeran Diponegoro dan seluruh rombongan dijaga lebih ketat. Mereka tidak diizinkan berkeliaran di luar tembok benteng. Diponegoro dan keluarganya ditahan di ruangan perwira yang dekat dengan pos jaga utama, dengan pemandangan dari lotengnya mengarah ke Teluk Makassar.
Sebagai tahanan negara (staatsgevangene), Diponegoro tidak diizinkan untuk menulis surat, namun diperbolehkan menulis untuk kesenangan sendiri, misalnya menulis naskah-naskah Jawa yang dia salin.
Penulis : Iman Firdaus Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV