> >

Ibu WNI Korban TPPO di Myanmar Ungkap Ancaman Pelaku: Jokowi pun Disebut Tak Bisa Selamatkan Mereka

Peristiwa | 3 Mei 2023, 06:15 WIB
Arsip. Presiden Jokowi saat memberikan keterangan penundaan mudik di Manggarai Barat, NTT (24/4/2023). Ibu dari salah satu warga negara Indonesia (WNI) yang diduga menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di Myanmar, I mengungkap bahwa anaknya dan WNI lain yang disekap diancam tak bisa pulang. Pihak perusahaan menyatakan bahwa tidak ada yang bisa menjemput mereka, bahkan Presiden Jokowi sekalipun. (Sumber: setkab.go.id)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Ibu dari salah satu warga negara Indonesia (WNI) yang diduga menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di Myanmar, I, mengungkap bahwa anaknya dan WNI lain yang disekap diancam tak bisa pulang. Pihak perusahaan menyatakan bahwa tidak ada yang bisa menjemput mereka, bahkan Presiden Jokowi sekalipun.

“Bahkan, terakhir kita dapat konfirmasi dari anak-anak, yang mana perusahaan itu bilang tidak ada yang bisa jemput kalian di sini, bahkan Presiden Jokowi pun. Itu statement-nya perusahan kemarin,” kata I dikutip Kompas.com, Selasa (2/5/2023).

Anak I adalah salah satu dari 20 WNI yang disekap di Myanmar karena terjebak penipuan lowongan kerja. Mereka diduga disekap, disiksa, diperbudak, dan diperjualbelikan.

Baca Juga: 20 WNI Diduga Jadi Korban Perdagangan Orang di Myanmar: Ditipu, Disekap, Diperbudak hingga Disiksa

I sendiri telah melaporkan dua pelaku penyalur para WNI tersebut di Indonesia ke Bareskrim Polri pada Selasa (2/5/2023). I melapor dengan didampingi Diplomat Muda Direktorat Pelindungan WNI Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Rina Komaria dan Ketua Umum Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Hariyanto Suwarno.

I menduga anaknya yang berada di Myawaddy, Myanmar saat ini tengah disekap dan disiksa. Ia mengaku tidak mendapat kabar dari anaknya seminggu belakangan.

“Sampai dengan detik ini, kira-kira ada seminggu lah kita udah enggak bisa komunikasi lagi dengan korban. Kemungkinan mereka disekap, udah disiksa, ada penyiksaan,” kata I.

Sementara itu, Hariyanto menuturkan bahwa pihaknya berhenti mendapat kiriman lokasi dari para korban seminggu belakangan. Ia menegaskan bahwa kondisi para korban sudah darurat.

“Kalau yang satu bulan yang lalu, kita bisa melihat, share loc masih bisa kita lihat. Sekarang udah enggak bisa lagi. Ini adalah kabar terakhir mereka terancam,” kata Hariyanto.

“Maka peran dari Kemlu sangat penting untuk segera mengeluarkan nota diplomasi misalkan, seperti membebaskan WNI kita yang di Sudan pada hari ini. Itu bisa dilakukan cara yang sama untuk WNI kita yang di Myanmar,” lanjutnya.

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU