Penjelasan BRIN soal Gerhana Matahari Bukan Penanda Awal Bulan Hijriah
Peristiwa | 20 April 2023, 07:34 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Peneliti dari Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang Hasanuddin menjelaskan soal Gerhana Matahari Hibrida atau GMH bukanlah tanda awal masuk bulan Qomariah atau awal bulan Hijriah.
Diketahui, pada hari ini Kamis (20/4/2023) terjadi peristiwa langit langka berupa Gerhana Matahari Campuran atau bisa disebut GMH, yakni gerhana Matahari Total dan Gerhana Matahari Cincin dalam satu rentang episode gerhana.
Peristiwa gerhana matahari itu bertepatan dengan dilakukannya pengamatan hilal untuk menentukan bulan baru atau 1 Syawal 1444 Hijriah atau Lebaran 2023 yang rencananya akan digelar Kementerian Agama (Kemenag) melalui Sidang Isbat Kamis (20/4) petang.
"Pada dasarnya gerhana hanya menunjukkan bahwa sudah masuk fase bulan baru atau konjungsi," ungkap Andi dilansir dari situs resmi BRIN.
Baca Juga: Ketok Palu 1 Syawal Lebaran 2023 versi Pemerintah Hari Ini, Berikut Link Live Streaming Sidang Isbat
Adapun BRIN menggandeng Lembaga Falakiyah PBNU untuk pantau Hilal hari ini, sekaligus memantau gerhana matahari.
Faktor Hilal Terlihat atau Tidak
Andi juga menjelaskan bahwa terlihat atau tidak terlihatnya hilal sangat bergantung sejumlah faktor.
“Mulai dari parameter Bulan sendiri (berupa tinggi atau elongasi dan magnitudo visual), parameter optis atmosfer (konsentrasi partikulat pencemar, uap air dan sebagainya) dan tingkat sensitivitas mata / sensor kamera,” jelasnya
Singkatnya, lanjut Andi, hilal terlihat jika intensitas cahaya dari Bulan sabit lebih besar dibanding intensitas cahaya senja dan nilai kontras Bulan sabit lebih besar dibandingkan ambang batas kontras mata atau kamera.
Penulis : Dedik Priyanto Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV/BRIN.Go.id