> >

Hangat di Panen Raya Picu Wacana Duet Prabowo-Ganjar, Direstui Gerindra tapi PDI-P Berkeras Capres

Rumah pemilu | 18 Maret 2023, 09:54 WIB
Presiden Jokowi bersama Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto di Panen Raya Kebumen, soal dua di Pilpres 2024, Gerindra ogah hanya jadi wakil (Sumber: Sekretariat Presiden )

JAKARTA, KOMPAS.TV – Kebersamaan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Presiden RI Joko Widodo atau Jokowi dalam acara panen raya di Kebumen, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu, memunculkan spekulasi memasangkan Prabowo-Ganjar di Pilpres 2024.

Ketiganya begitu hangat mengikuti panen raya padi di Desa Lenjer, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Kamis (9/3/2023).

Ketiga tokoh itu bukan hanya berbincang, namun juga saling lempar candaan, dan beberapa kali berswafoto bersama petani di pematang sawah.

Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam menganalisis pertemuan dan kehangatan ketiganya.

Ia menduga Jokowi mempertemukan Ganjar dan Prabowo untuk menegaskan preferensi politiknya untuk Pemilu 2024.

“Gabungan pasangan Prabowo-Ganjar atau Ganjar-Prabowo merupakan proposal politik yang hendak diajukan Jokowi kepada Ketum PDI-P Megawati,” kata Umam kepada Kompas.com, Kamis (16/3/2023).

Baca Juga: Soal Wacana Duet Prabowo-Ganjar, FX Rudy: Capres Kader PDI-P, yang Ajak Ganjar Pranowo Wapres Siapa?

Duet Prabowo dan Ganjar disebutnya memiliki potensi kemenangan yang lebih terbuka dan menarik partai politik kelas menengah.

Kekuatan besar dari pasangan itu bukan hanya dari elektabilitas keduanya yang mumpuni, tetapi juga dari dua partai besar yang menaungi mereka, yakni Gerindra dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).

Tingkat elektoral orang nomor satu di Jawa Tengah itu tembus 30 persen. Sementara, Prabowo berada di urutan kedua dengan tingkat elektoral di kisaran 20 persen, melampaui elektabilitas mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Dengan modal elektabilitas tersebut, kata Umam, Prabowo dan Ganjar berpeluang mengonsolidasikan basis pemilih yang kuat.

“Hadirnya ‘superblock’ diyakini memiliki potensi kemenangan lebih terbuka, berpeluang menarik partai-partai politik kelas menengah seperti PPP (Partai Persatuan Pembangunan) dan PAN (Partai Amanat Nasional),” katanya.

Meski demikian, wacana menjodohkan keduanya bakal terganjal oleh kepentingan partai politik masing-masing.

Gerindra misalnya, sejak lama sudah menyatakan bakal mengusung Prabowo sebagai calon RI-1, dan menjadi haarga mati.

Sedangkan PDI-P secara tegas menyebut bakal mengusung kadernya sebagai calon presiden, meskipun ketua umum partai tersebut, Megawati Soekarnoputri belum bicara ihwal kandidat capres.

Jika nantinya Ganjar yang diusung, Umam yakin PDI-P bakal bersikukuh menempatkan kadernya di kursi capres.

Alasan yang paling logis adalah karena elektabilitas PDI-P di atas Gerindra dan tingkat elektoral Ganjar mengungguli Prabowo.

“Karena itu, proposal Ganjar-Prabowo akan menjadi lebih rasional ketimbang Prabowo-Ganjar,” ucap Umam.

Jika kemudian ada wacana dari PDI-P untuk mengusung Prabowo sebagai cawapres Ganjar, Umam menduga, Gerindra dan Prabowo tak akan keberatan.

Ia bercermin pada Pemilu 2019, yang saat itu Prabowo bertarung sebagai rival Jokowi, namun akhirnya bersedia menerima tawaran untuk menjadi Menteri Pertahanan di Kabinet Indonesia Maju.

Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas.com


TERBARU