Fenomena Live TikTok Mandi Lumpur, Nenek Sari Ngaku Dapat Rp9 Juta dan Ogah Jadi Petani Lagi
Sosial | 22 Januari 2023, 06:00 WIBMATARAM, KOMPAS.TV - Fenomena live TikTok mandi lumpur dan ngemis online kini menjadi perdebatan tersendiri. Terlebih saat pengguna TikTok Sultan Intan disebut mengeksploitasi lansia untuk menjadi pemeran live mandi lumpur.
Fenomena tersebut telah menyita perhatian sejumlah pihak, termasuk Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini yang mengeluarkan surat edaran.
Awal Mula
Fenomena live TikTok mandi lumpur ini berawal dari ramainya konten-konten tiktok yang menggaet penonton dengan melakukan kegiatan ekstrem dan tak wajar, mulai dari berendam di air hingga mandi lumpur.
Mereka memanfaatkan figur ‘gift’ yang ada di TikTok. Gift tersebut dapat ditukarkan menjadi uang. Semakin banyak gift yang didapatkan, semakin banyak uang yang dapat dicairkan.
Seiring tenarnya aksi tersebut, semakin banyak orang yang memilih ‘jalan pintas’ dengan ngemis online itu, termasuk para lansia.
Baca Juga: Konten TikTok Nenek Mandi Lumpur Dinilai Nihil Unsur Pidana, Polisi: Tidak Ada Proses Hukum
Kisah Nenek Sari
Nenek Layar Sari (55), warga Desa Setanggor, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), mengaku bergabung dengan pemilik TikTok Sultan Intan untuk melakukan aksi mandi lumpur.
Bermodalkan air kolam kecil berukuran 1,5 meter x 1 meter, Nenek Sari melakukan live TikTok dengan mengguyurkan air lumpur ke badannya. Hal itu biasanya dilakukan selama dua jam hingga menggigil kedinginan.
Nenek Sari mengungkapkan penghasilan yang didapatkannya dari menjadi pemeran live TikTok mandi lumpur. Sekitar sembilan kali melakukan live TikTok mandi lumpur, dia mendapatkan uang jutaan rupiah.
Nenek Sari mengatakan, tindakannya menjadi pemeran dalam live TikTok mandi lumpur merupakan sukarela dan tanpa paksaan. Dia merasa lebih mudah mendapatkan uang dari live TikTok ketimbang menjadi petani.
“Caranya dibagi dua dari hasil TikTok, Sultan (pemilik akun) dapat setengah, saya dapat setengah. Rp9 juta lebih dapat selama live ini,” kata Sari, Kamis (19/1/2023), sebagaimana dikutip dari Kompas.com.
"Kita cepat dapat uang dari pada nyangkul di sawah, nyabit, kita di sini hanya mandi-mandi dapat uang," sambungnya.
Penulis : Fiqih Rahmawati Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV/Kompas.com