Ferdy Sambo Beda dari Kesaksian Romer, dari Pintu Kamar, Sarung Tangan juga Senjata Jatuh
Hukum | 8 November 2022, 18:41 WIBKOMPAS.TV – Ferdy Sambo, terdakwa kasus dugaan pembunuhan berencana terhadap Brigadir J alias Nofriansyah Yosua Hutabarat, membantah sebagian kesaksian mantan ajudannya, Adzan Romer.
Sanggahan Ferdy Sambo dalam sidang lanjutan di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Selasa (8/11/2022) itu mengenai kesaksian tentang pintu kamar Putri Candrawathi, sarung tangah hitam, serta senjata yang jatuh di mobil Sambo.
Ferdy Sambo mengaku tidak mengenakan sarung tangan saat turun dari kendaraan dan bertemu Romer di kediamannya di hari penembakan Yosua.
“Kemudian untuk keterangan Romer, saya tegaskan bahwa saya tidak pernah mengenakan sarung tangan turun dari kendaraan,” kata Sambo di hadapan majelis hakim.
Mengenai senjata yang jatuh saat bertemu Romer, Sambo mengatakan bukan jenis HS, tetapi senjata Combat Wilson milik pribadinya.
Baca Juga: ART Kodir: Jam 5 Lewat Ada 3 Kali Suara Tembakan
Demikian pula mengenai kesaksian Romer bahwa pintu kamar dalam keadaan terbuka saat Putri Candrawathi menangis setelah penembakan. Ferdy menyebut pintu dalam keadaan tertutup.
“Keterangan Romer juga bahwa pada saat masuk, pintu kamar utama Duren Tiga itu terbuka, saya sanggah, karena saat saya masuk menjemput istri saya itu, saya membuka pintu kamar istri saya.”
Sambo juga membatah kesaksian Romer yang menyebutkan melewati tubuh korban Yosua. “Kemudian Saudara Romer juga menyampaikan bahwa melewati tubuh korban Yosua, itu tidak Pak,” kata dia.
Menurut Sambo, posisi jenazah Yosua sudah tidak berada di tempat sebagaimana terlihat dalam foto yang ditunjukkan majelis hakim. Ia sudah menggeser jenazah Yosua, mepet dengan televisi. Tujuannya, agar istrinya, Putri Candrawathi tidak melihat jenazah Yosua.
“Karena saya menghindari untuk istri saya melihat tubuh korban, sehingga saya lewatkan mepet dengan TV pada waktu itu, Pak.”
Dalam sidang yang sama, Adzan Romer menjelaskan posisi kaki Brigadir J alias Nofriansyah Yosua Hutabarat, lurus dengan pintu kamar di lantai satu rumah Ferdy Sambo, tempat Putri Candrawathi terdengar menangis usai penembakan.
Seusai mendengar suara tembakan tiga kali, Adzan Romer mengaku masuk rumah dan melihat posisi jenazah Yosua. Majelis kemudian memperlihatkan foto seusai kejadian yang memperlihatkan jenazah tergeletak di lantai satu rumah dinas itu.
Hakim menanyakan posisi kamar di lantai satu, tak jauh dari keberadaan jenazah itu. “Itu di depan tubuh korban sebelah kanan itu apa?” tanya hakim.
Romer mengaku tidak mengetahui ruangan yang dimaksud oleh hakim.
“Saya tidak tahu, Yang Mulia. Saya tidak tahu itu ruangan apa , Yang Mulia.”
Hakim pun menanyakan posisi pintu kamar yang dimaksud.
“Pintu kamarnya lurus dengan kaki almarhum,” lanjut Romer menjawab pertanyaan hakim.
“Jadi, kalau kami tarik garis lurus untuk pintu, kita berdiri di atas kepala almarhum, kepala almarhum, kaki, pintu ke sana, Yang Mulia,” tambah Romer.
Sebelumnya, hakim sempat menanyakan keberadaan Putri Candrawathi seusai penembakan terjadi.
“Di mana posisi terdakwa Putri Candrawathi saat Saudara masuk?”
“Seingat saya di kamar,” kata Romer.
Menurutnya, ia mengetahui bahwa Putri berada di kamar karena saat itu dirinya mendengar suara tangisan Putri.
“Dengar suara Ibu menangis, Yang Mulia.”
“Terdengar dari lantai atas ke bawah itu?” tanya hakim lagi.
“Kamar lantai satu, Yang Mulia,” jawab Romer.
Baca Juga: Begini Cerita Susi Saat Lihat Putri Candrawathi Menangis Usai Peristiwa di Magelang!
Suara tangisan Putri, kata Romer biasa saja, tapi ia mendengarnya di depan pintu. Saat itu, lanjut Romer, posisi pintu kamar sedang terbuka.
“Menurut saya nangis biasa, Yang Mulia. Saya dengar sampai depan pintu.”
Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV