42 Persen Masyarakat Tak Percaya Polri Bisa Usut Tuntas Tragedi Kanjuruhan
Peristiwa | 20 Oktober 2022, 14:20 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Sebanyak 42 persen masyarakat ternyata tidak percaya pihak kepolisian mampu mengusut tuntas Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 133 jiwa, dan ratusan orang luka-luka, termasuk perempuan dan anak-anak.
Data itu terungkap dalam survei nasional LSI bertajuk Kepercayaan Publik terhadap Lembaga Penegak Hukum dan Persepsi terhadap Kanjuruhan yang dirilis pada hari ini, Kamis (20/10/2022).
Survei itu dilakukan pada 6-10 oktober 2022. Adapun Tragedi Kanjuruhan terjadi pada 1 Oktober 2022 usai laga Arema FC vs Persebaya.
Djayadi Hanan, peneliti senior LSI menyebutkan, survei menemukan bahwa Tragedi Kanjuruhan telah menjadi perhatian utama publik.
Selain itu, pihak kepolisian juga menjadi salah satu pihak yang paling disorot terkait tragedi ini, khususnya dalam penanganan kasus.
"70 persen masyarakat tahu, Kapolri janji akan usut tuntas kasus Kanjuruhan. Jadi ini jadi perhatian publik. Tetapi apakah masyarakat percaya Polri bisa mengusut tuntas itu?" ungkap Djayadi, Kamis, dipantau dari siaran kanal Youtube LSI.
"Yang percaya dan tidak percaya, tidak terlalu cukup beda jauh. 52 persen percaya, 42 persen tidak percaya. Tidak begitu percaya (Polri) ini tinggi, " sambungnya.
Baca Juga: Pengusutan Tragedi Kanjuruhan Mirip Kasus Sambo: CCTV Dihapus hingga Rekonstruksi Janggal
Baca Juga: Iwan Bule Cs Ogah Gelar KLB dan Mundur, Eks TGIPF: Sejatinya, Tak Ada Moral di PSSI
"Saya kira kepercayaan itu jadi modal bagi Polri. Tapi yang tidak percaya yang banyak itu jadi perhatian. Hampir semua masyarakat tahu isu ini."
Makin muda usia mereka, kata Djayadi, makin tidak percaya kepada Polri soal tragedi Kanjuruhan.
"Yang terlibat sepak bola ini usia muda, 40 tahun ke bawah. Mereka lebih tidak percaya Polri," paparnya.
Selain itu disebutkan, makin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, makin rendah tingkat kepercayaan mereka kepada Polri terkait peristiwa di Stadion Kanjuruhan.
Survei ini mengunakan metode random digit dialing (RDD), teknik memilih sampel melalui proses telepon secara acak. Target populasi sampel ini adalah usia 17 tahun ke atas, sekitar 83 persen dari populasi nasional.
Penulis : Dedik Priyanto Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV