Gus Yahya Blak-blakan Sulit Atasi Intoleransi di Indonesia: Harus Diatasi Secara Global
Agama | 13 Oktober 2022, 17:25 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Ketua Umum (Ketum) PBNU, KH Yahya C. Staquf atau Gus Yahya, membeberkan soal masalah intoleransi yang ada di sejumlah wilayah di Indonesia yang disebutnya terus datang lagi.
Ia mengaku, masalah intoleransi dan juga diskriminasi cukup sulit diatasi sendirian di dalam negeri saja. Mulai dari soal isu minoritas Ahmadiyah hingga Syiah, sampai persoalan terkini terkain penolakan pendirian gereja di Cilegon, Banten.
Gus Yahya pun menawarkan solusi, masalah intoleransi maupun diskriminasi ini agar diatasi bersama-sama komunitas dunia secara global.
Ketum PBNU ini lantas menegaskan, isu terkait hubungan antar agama maupun intra agama dan segala gesekannya hingga terjadinya intoleransi maupun diskriminasi minoritas bukan hal baru.
“Kita bergulat soal isu ini sudah lama. Sebetulnya berkali-kali menang, Cuma masalah itu kok datang lagi. Dulu ketemu DI-TII, bisa selesaikan, datang lagi. Komando Jihad, bisa selesaikan, Datang lagi,” papar Gus Yahya, Rabu (12/10/2022) dalam rekaman diskusi Editorial Meeting R20 (Religion Twenty) yang diterima KOMPAS.TV
“Kita ini punya budaya asli kita. Toleransi itu budaya asli. Ashli pake shod. Kenapa keyakinan itu, karena kita punya pengalaman panjang berabad-abad harmoni ditengah heteregon, sejak Sriwiaya hingga Majapahit,” imbuhnya.
Persoalannya, lanjut Gus Yahya, dunia masih dalam kondisi kacau. Ketika berhasil mengatasi masalah intolensisi dalam negeri, contohnya, dunia justru mengirimkan masalahnya yang serupa ke dalam negeri Indonesia.
“Pergulatan untuk cari jalan keluar dari kereportan hadapi masalah hubungan antara agama, harus kita lakukan diatasi secara global, tidak cukup domestik,” imbuh Gus Yahya.
Namun hal itu bukan berarti harus menghentikan upaya Indonesia dalam mengampanyekan perdamaian di tingkat global.
Bahkan, ungkap Gus Yahya, Indonesia harus terus bergulat juga secara internasional.
Langkah ini tentu saja tanpa menafikan upaya mengharmonisasi hubungan persaudaraan antaragama sesama bangsa dalam negeri.
"Di samping tentu melakukan upaya dalam negeri, kita juga harus bergulat secara internasional," kata Gus Yahya.
Baca Juga: Usai ke Istana, Gus Yahya Sebut Jokowi Bakal Hadir di Forum Pemimpin Agama Dunia R20
Masalah Intoleransi
Menurutnya, masalah-masalah intoleransi serupa masih akan terjadi lagi di di masa depan. Untuk itu, lanjut Gus Yahya, persoalan domestik ini juga perlu dibawa ke tingkat internasional.
Hal ini mengingat masalah serupa tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di India, di Eropa, dan di banyak negara lainnya.
"Kita tidak bisa terus-terusan begini. Mereka sekarang bersikap diskriminatif terhadap minoritas," papar Gus Yahya.
Ia pun lantas menjelaskan, Forum Religion Twenty atau R20 digelar dalam rangka menciptakan perdamaian dan kehidupan yang harmoni di tingkat global.
Sebagai informasi, Forum R20 adalah bagian dari pertemuan global G20. Forum temu pemimpin agama itudi jadwalkan berlangsung di Nusa Dua, Bali, 2-3 November 2022.
Gus Yahya lantas menjelaskan, ia mengajak tokoh-tokoh agama dunia untuk bersama-sama mengatasi problem intoleransi yang masih sering terjadi di dunia. Sebagai upaya mengatasi intoleransi di Indonesia.
Di dalam Forum R20 nanti, Gus Yahya mengajak semua tokoh agama di dunia saling mengungkap kebenaran dan berbicara secara jujur mengenai masalah yang dialami masing-masing.
Menurut Gus Yahya masalah-masalah tersebut terkadang memang ada yang sengaja dikirim dari luar atau dinamika global.
“Tidak boleh lagi ada diskriminasi. Sudah saatnya tidak berpikir alasan untuk marah atau benci terhadap kelompok lain,” imbuhnya.
Baca Juga: Gus Yahya Menolak Organisasi NU Dijadikan Alat Politik Pemilu 2024
Penulis : Dedik Priyanto Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV