Kisah Pilu Korban Tragedi Kanjuruhan, Terpaksa Menangguhkan Impian Jadi Polisi
Peristiwa | 9 Oktober 2022, 16:01 WIBBLITAR, KOMPAS.TV - Tragedi Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada Sabtu, 1 Oktober 2022 masih menyisakan cerita.
Tragedi yang berawal dari kericuhan usai pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya itu mengakibatkan 131 orang meninggal dunia dan ratusan lainnya dirawat di rumah sakit.
Salah satunya Muhammad Muzaki Maksum (19 tahun) yang tinggal di Desa Sumberejo, Kecamatan Sanan Kulon, Kabupaten Blitar.
Muzaki yang masih belum pulih itu bercerita bagaimana ia dan enam rekannya bersemangat menuju Malang dengan menaiki sepeda motor untuk menonton pertandingan sepak bola.
Dari awal pertandingan hingga selesai, Muzaki mengaku sangat menikmatinya meski setelah itu ia kecewa lantaran Arema FC kalah.
Suasana mencekam justru datang setelah pertandingan, setelah gas air mata menghujani area Stadion Kanjuruhan.
Mata perih dan bingung mencari jalan keluar, membuat ia dengan rekan-rekan lainnya ikut berbondong-bondong mencari pintu keluar, hingga menumpuk di pintu 12 di stadion itu.
Apesnya, saat kejadian ia sempat terjatuh dan tertindih orang-orang di atasnya. Tangan kanannya menjadi korban hingga memar. Dokter menyebut tangan kanannya mengalami dislokasi.
Baca Juga: Polri Tegaskan Tembakan Gas Air Mata di Stadion Kanjuruhan 11 Kali, Bukan 40
Muzaki harus berjuang keras mencari celah keluar. Syukurnya, ia berhasil kendati tangannya mengalami luka dan pelipisnya berdarah.
Saat itu yang terpikir olehnya adalah mencari pertolongan. Muzaki pun mendatangi polisi yang ada di dekatnya, meminta tolong agar diantarkan ke ruang perawatan di rumah sakit.
Muzaki sudah tidak tahu lagi bagaimana teman-temannya. Suasana di stadion saat itu mencekam dan untungnya, Muzaki langsung mendapatkan perawatan tim medis saat itu.
Hujan tangis juga mewarnai pertemuannya dengan orang tuanya. Orang tua Muzaki tidak menyangka Tragedi Kanjuruhan akan menyebabkan korban begitu banyak, hingga ratusan orang.
Rina Wahyuni, ibu Muzaki, awalnya resah dengan rencana kepergian anaknya yang pamitan hendak menonton laga Arema FC lawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan.
Saat pamitan pun, Rina hanya berharap anaknya akan membatalkan niatnya menonton bola di Malang. Namun Muzaki tetap berangkat bersama teman-temannya ke Stadion Kanjuruhan.
Hingga akhirnya berita kericuhan di Stadion Kanjuruhan muncul dan membuat Rina semakin khawatir.
Lalu pada keesokan harinya, Minggu (2/10/2022) ia mendapat telepon yang menjelaskan bahwa Muzaki dirawat di rumah sakit karena menjadi korban tragedi itu.
Suasana hatinya berkecamuk, sehingga ia dan suaminya, Yudi Santoso, berangkat ke Malang untuk menjemput anaknya.
Jam 3 dini hari, dengan naik mobil ia dan suami menerobos dinginnya cuaca melewati jalur menuju Malang.
Setelah memastikan kondisi anaknya, ia dan suami memutuskan membawa Muzaki pulang ke Blitar lalu dirawat di rumah sakit Kabupaten Blitar.
Kejadian tragis di Stadion Kanjuruhan menangguhkan harapan Muzaki untuk mendaftar menjadi polisi atau tentara.
Sejak lulus tahun lalu, dia langsung mendaftar untuk menjadi anggota Polri dan TNI, namun tidak lolos.
Hingga kini, lengannya masih cedera dan diperban akibat tertindih suporter lainnya dalam insiden di Stadion Kanjuruhan itu.
Meskipun demikian, sang ibu tetap optimistis kesehatan anaknya akan segera pulih.
Baca Juga: Kesalahan Fatal Tersangka Security Officer Suko Sutrisno di Tragedi Kanjuruhan Diungkap Kapolri
Sebagai bentuk perhatian pemerintah kepada korban tragedi Kanjuruhan seperti Muzaki, dan keluarga mereka, Menteri Sosial Tri Rismaharini menyerahkan bantuan pada Sabtu (8/10/2022).
"Ini bagian kepedulian pemerintah untuk perhatian kepada keluarga dan ini sesuai dengan tugas dan pokok kami di Kemensos," kata Mensos Risma setelah penyerahan bantuan itu di Kantor Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, Sabtu.
Ia mengatakan, Kemensos terus melakukan pendistribusian bantuan kepada para korban dan keluarga mereka.
Selain di Malang, Mensos juga berkunjung ke Tulungagung, Blitar, hingga Pasuruan untuk mendatangi para korban tragedi Kanjuruhan.
Penulis : Kiki Luqman Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Antara