Gas Air Mata dan Air Mata yang Berjatuhan dalam Tragedi Kanjuruhan
Peristiwa | 3 Oktober 2022, 06:24 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Korwil Aremania Jalur Gazza Sukorejo Pasuruan, Amin Fals, mengisahkan bagaimana detik-detik kejadian ketika tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang Jawa timur, pasca pertandingan Arema FC dan Persibaya, pada Sabtu (1/10/2022).
Amin yang saat itu berada di lokasi menjelaskan, sebelum pertandingan berakhir, dia turun untuk mengambil bendera yang dipasangnya.
Saat itu, pertandingan masih berlangsung kondusif dan tidak tampak tanda-tanda akan terjadi kericuhan di Stadion Kanjuruhan.
Namun dia punya firasat akan terjadi sesuatu karena Arema kalah dari Persebaya di kandang dengan skor 2-3.
"Saya sudah membaca kalau kalah di kandang lawan Persebaya Surabaya takutnya ada apa apa," katanya dikutip dari Suryamalang.
Baca Juga: Hari Ini Mahfud MD akan Gelar Rapat Koordinasi terkait Penanganan Tragedi Kanjuruhan
"Saya suruh rombongan saya keluar dulu dan saya mengambil bendera di shuttle ban. Jadi saya tahu bagaimana kondisi di sana," jelasnya.
Lebih lanjut, Amin juga menceritakan dia sempat kaget saat gas air mata mulai ditembakkan oleh pihak keamanan.
Apalagi, dia mengatakan, gas air mata dilarang oleh FIFA untuk digunakan saat pengamanan di stadion.
"Kalau menurut saya yang ngerti dan tahu kejadiannya, pertandingan sebenarnya aman-aman saja," lanjutnya.
Amin juga mengaku sempat merasakan terkena efek dari gas air mata yang membuat napas sesak dan mata pedih.
Gas air mata yang ditembakkan aparat diduga, menurut banyak kesaksian, yang membuat suasana panik hingga korban pun berjatuhan. Pemerintah telah mengkonfirmasi 125 orang meninggal dalam kejadian tersebut.
Penggunaan gas air mata disebut menjadi pemicu korban berjatuhan dalam tragedi itu.
Penulis : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV