Tanggapi Tragedi Kanjuruhan, Anggota Komisi X: Jangan Sampai Kontrak Jam Tayang Abaikan Keselamatan
Peristiwa | 2 Oktober 2022, 18:48 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Anggota Komisi X bidang Olahraga, Pendidikan, dan Sejarah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Sodik Muhadjid mengkritik penyelenggaraan pertandingan Arema vs Persebaya yang berujung tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022).
Per Minggu (2/10/2022) sore, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak melaporkan bahwa terdapat 131 korban meninggal dunia akibat tragedi Kanjuruhan. Ia meralat informasi sebelumnya yang menyebut 174 korban meninggal karena penghitungan ganda.
"Ini bukan lagi pelajaran, tetapi tamparan bagi PSSI, bagi komunitas dan manajemen sepak bola. Bisa jadi selama ini kita kurang serius melakukan evaluasi dan perbaikan terhadap langkah-langkah pertandingan yang sering bermasalah,” kata Sodik dalam Breaking News Kompas TV, Minggu (2/10).
Anggota Komisi X itu menyorot sejumlah faktor yang diduga menyebabkan peristiwa nahas di Kanjuruhan terjadi. Di antaranya adalah manajemen serta penyelenggaraan pertandingan.
Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan Menewaskan 130 Orang, Mabes Polri Kirim Tim DVI untuk Bantu Evakuasi Korban
Secara khusus, Sodik menyorot jam tayang partai Arema vs Persebaya yang dianggap terlalu malam. Sodik mempertanyakan apakah jam tayang itu dipengaruhi kesepakatan dengan pemegang hak siar.
Sebelumnya, dilaporkan bahwa pihak kepolisian meminta pertandingan Arema vs Persebaya digelar pada sore hari, tetapi keputusan finalnya adalah sepak mula partai itu tetap pada pukul 20.00 WIB.
"Jadi lebih memprihatinkan jika perubahan jam tayang ini terkait dengan kontrak tayang. Jangan sampai kontrak tayang itu mengabaikan faktor-faktor yang lebih utama, yaitu faktor keselamatan. Bisa jadi salah satu faktor (tragedi Kanjuruhan) adalah jam pertandingan itu,” kata Sodik.
Baca Juga: Potret Ibu yang Kehilangan Putrinya dalam Tragedi Kanjuruhan, Sang Anak Pamit Mau Nonton Arema
Senada dengan Sodik, Ketua Paguyuban Suporter Timnas Indonesia Ignatius Indro juga mempertanyakan penetapan waktu sepak mula Arema vs Persebaya.
Indro menyebut, pada malam hari, terdapt kemungkinan aparat keamanan terlalu lelah sehingga secara emosional mengganggu tugas.
"Pihak PSSI dan PT LIB jangan hanya memikirkan mengenai hak siar, tetapi harus memikirkan keamanan dan kenyamanan suporter dalam menyaksikan pertandingan,” kata Indro.
Respons keras aparat dan tembakan gas air mata dikritik
Lebih lanjut, Sodik menyoroti perlakuan keras aparat terhadap suporter di Stadion Kanjuruhan. Kerusuhan di Kanjuruhan sendiri bermula ketika sebagian suporter menyerbu masuk lapangan.
Baca Juga: Gas Air Mata Picu Ratusan Kematian di Lima 1964 dan Accra 2001, Polisi di Kanjuruhan Mengulanginya
Aparat menghalau para suporter dengan pentungan dan tembakan gas air mata. Aparat keamanan pun menembakkan gas air mata ke arah tribun penonton.
Sodik menduga perlakuan aparat keamanan kepada suporter kelewat keras.
“Saya lihat di TV tadi, ada penonton yang masuk (lapangan), kemudian dia sudah aman, dia akan kembali -saya dengan asumsi bahwa itu sudah benar, ya- itu ditendang kok (oleh aparat). Dia sudah mau kembali baik-baik dari lapangan itu ditendang,” kata Sodik.
Mengenai tembakan gas air mata, Sodik menyebutnya menjadi hal fatal yang berpotensi menyebabkan tragedi.
"Penggunaan gas air mata itu melanggar aturan dari FIFA. Kedua, jika informasinya benar, (polisi) bukan hanya menyemprot yang berada di lapangan, tetapi menyemprot yang ada di tribun agar tidak masuk. Saya kira ini dua hal yang sangat fatal,” kata Sodik.
Baca Juga: Presiden FIFA Keluarkan Pernyataan atas Tragedi Kanjuruhan: Ini Hari yang Gelap bagi Semua
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV