Cerita Adeva Lihat Sepupunya Tewas dalam Kericuhan Kanjuruhan: Kami Boncengan dari Blitar
Peristiwa | 2 Oktober 2022, 16:52 WIBIa bersama Andika dan suporter lainnya berusaha masuk lewat pintu tersebut. Keduanya juga tidak tahu kalau di dalam stadion sudah terjadi kerusuhan dan gas air mata.
"Korban berada di depan dan langsung lari masuk ke dalam. Ternyata di dalam sudah terjadi kerusuhan dan ada gas air mata. Saya nyusul masuk, tapi sudah tidak bisa. Saya balik keluar. Kondisi orang sangat banyak," ujar Adeva.
Adeva mengaku juga sempat terinjak-injak penonton saat berusaha masuk ke dalam stadion.
Maka itu, ia tidak jadi masuk dan memilih kembali ke luar stadion.
Saat menunggu di luar, Adeva melihat tubuh sepupunya, Andika, dibopong ke luar stadion oleh orang lain dan dibawa ke rumah sakit.
"Saya mengikuti korban dibawa ke RS Wava Husada. Sampai RS, saya mencari korban dan ternyata korban sudah tidak ada (meninggal)," paparnya.
Lantas, ia pun menelepon keluarganya dan mengabarkan kondisi mereka berdua, serta sepupunya yang sudah meninggal dunia.
"Saya langsung menelepon teman di rumah untuk memberi tahu keluarga," ujarnya.
Andika merupakan satu dari sedikitnya 174 korban jiwa dalam tragedi paling memilukan dalam sejarah sepak bola Indonesia tersebut.
Seperti diberitakan KOMPAS.TV sebelummya, kericuhan suporter terjadi dalam laga Liga 1 2022-23 pekan ke-11 antara Arema FC dan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang pada Sabtu (1/10/2022) malam.
Para suporter Arema FC yang kecewa dengan kekalahan timnya, masuk ke lapangan usai laga bubar.
Pihak kepolisian dan keamanan pertandingan mencoba membubarkan massa. Namun, polisi mencoba mengendalikan massa dengan menembakkan gas air mata, sesuatu yang jelas-jelas dilarang FIFA.
Akibatnya, massa di tribun panik karena efek gas air mata dan berdesak-desakan keluar dari stadion.
Penulis : Dedik Priyanto Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Tribun Jatim