Teladan Ki Hajar Dewantara dan Dr Sukiman, Beda Ideologi tapi Ingin Dimakamkan Bersebelahan
Sosok | 26 September 2022, 07:10 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Dokter Soekiman Wirjosandjojo, atau sering disebut Dr Sukiman, Perdana Menteri ke-6 Indonesia antara 27 April 1951 hingga 3 April 1952 di bawah Kabinet Sukiman-Suwirjo. Ia juga merupakan salah seorang pendiri dan ketua umum pertama Partai Masyumi di era Orde Lama.
Saat meninggal dunia, pada 24 Juli 1974, ia dimakamkan dekat dengan tokoh pendidikan Ki Hajar Dewantara, di Makam Wijaya Brata, Celeban, Umbulharjo Yogyakarta.
Rupanya, keinginan untuk dimakamkan bersebelahan dengan Ki Hajar sudah diniatkan oleh Sukiman dua tahun sebelum kematiannya. Hal itu dikisahkan oleh Mohammad Roem, sahabatnya dari Masyumi di Harian KOMPAS yang terbit 3 Agustus 1974.
Bagi Mohammad Roem dan orang-orang yang hidup sezaman, permintaan itu terdengar aneh. Sebab, kedua tokoh itu bukan saja berbeda haluan politik tapi juga ideologi.
Baca Juga: Surat Perintah 11 Maret, Tonggak Peralihan Orde Lama ke Orde Baru
"Ideologi Ki Hajar dan Dr Sukiman berlainan. Ki Hajar terkenal dalam sejarah bersama Douwes Dekker dan Tjiptomangunkusumo, yang mendirikan Indische Party di tahun 1913," kata Roem.
Sementara Sukiman, sejak pulang dari Belanda bergabung dengan organisasi Islam dan menjadi salah seorang pemimpin Sarikat Islam bersama HOS Cokroaminoto dan Agus Salim.
Menurut Roem, kala itu, urusan ideologi persoalan serius. "Ideologi bagi angkatan Ki Hajar dan Dr Sukiman adalah pedoman dalam mengabdi tanah air dan bangsa," jelasnya. Namun, meski berbeda ideologi tidak mengurangi keikhlasan mereka dalam persahabatan.
Perbedaan paham ideologi dan partai lazim terjadi kala itu bahkan sangat keras. Namun dalam urusan persahabatan, mereka sangat akrab. "Tapi perbedaan paham yang dihormati dan diakui, dan tidak menghalangi persahabatan antara Ki Hajar dan Dr Sukiman," jelas Roem.
Bahkan, Dr Sukiman pun berseberangan paham dengan Presiden Soekarno, yang pernah membubarkan Partai Masyumi. Sukiman dikenal sangat antikomunis, namun tidak anti-Soekarno.
Penulis : Iman Firdaus Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV