Kisah Fientje de Feniks, Pembunuhan Berbalut Seks, Polisi dan Orang Penting di Zaman Belanda
Peristiwa | 7 Agustus 2022, 06:10 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Seorang Komisaris Besar Polisi di Jakarta (ketika masih bernama Batavia), Ruempol, dihadapkan pada kasus yang tidak pernah dia tangani sebelumnya.
Pada Jumat, 17 Mei 1912, Jakarta dihebohkan dengan penemuan sesosok mayat perempuan di Kali Baru kawasan Senen. Mayat perempuan berwajah blasteran Eropa dan Pribumi itu, matanya bulat, berhidung mancung dan rambutnya hitam panjang.
"Peristiwa ini jelas membuat penduduk Batavia heboh karena ini kali pertama sebuah peristiwa pembunuhan dengan peristiwa kekerasan dan seks. Dari bukti-bukti fisik dapat disimpulkan bahwa perempuan Indo itu tewas dicekik," sepertip dari buku "(Bukan) Tabu di Nusantara" (2018), karya Achmad Sunjayadi.
Baca Juga: Kasus Pembunuhan Brigadir Yoshua, Kapolri Mutasi Tiga Jenderal
Selidik punya selidik, terungkap bahwa korban adalah Fientje de Feniks, seorang PSK di rumah bordil Oemar Ompong.
Komisaris Besar Ruempol pun langsung bergerak mengumpulkan bukti dan saksi. Salah satu yang diinterogasi tentu saja Oemar Ompong sang pemilik rumah bordil. Tak susah bagi Ruempol mendapatkan banyak informasi dari sang mucikari itu.
Dari Oemar Ompong meluncur nama Gemser Brinkman, seorang Belanda yang rajin bertandang ke rumah bordilnya. Dan salah seorang PSK yang selalu di-booking-nya adalah Fientje de Feniks, sang primadona.
Namun ketika disebut nama Brinkman, Ruempol sejenak tersentak. Bagaimana tidak, Brinkman bukanlah orang sembarangan. Dia adalah sosok terhormat yang tergabung dalam Societeit Concordia, sebuah klub mewah yang beranggotakan para saudagar zaman Kolonial.
Mengutip Nationalgeographic.co.id, ketika itu kota Batavia dihuni oleh beberapa kalangan elite yang kebanyakan berasal dari Eropa. Mereka membangun tempat hiburan eksklusif, yang hanya boleh dimasuki oleh kalangan mereka. Berbeda dari tempat hiburan lainnya, tempat ini juga menyediakan perpustakaan dan meja baca, dengan banyak buku dan jurnal.
Tempat hiburan ini dinamakan societeit atau klub, berupa gedung yang menyediakan minuman keras dan hidangan ala Eropa. Terdapat juga meja kartu dan biliar. Gedung ini hanya dapat dimasuki oleh anggota klub yang sudah terdaftar. Acara yang diadakan di dalam gedung societeit kerap diberitakan di dalam surat kabar.
Meski sadar yang dihadapi orang penting yang dekat dengan para petinggi kolonial, Ruempol tidak ciut. Dia bertekad untuk menjadikan Batavia sebagai tempat yang aman bagi siapa pun.
Penulis : Iman Firdaus Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV