Putra Abu Bakar Ba'asyir Sebut Ayahnya Sudah Lama Mengakui Pancasila
Agama | 3 Agustus 2022, 14:05 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Putra Abu Bakar Ba’asyir, Abdul Rochim, menyatakan video yang beredar tentang pengakuan Pancasila dari ayahnya terjadi di momen buka puasa Ramadan tahun 2022.
Meski begitu, kata dia, pengakuan soal Pancasila oleh Abu Bakar Ba’asyir sebenarnya terjadi sudah lama.
Bahkan, dalam pengakuannya, Abu Bakar Ba’asyir dalam banyak momen justru membicarakan Pancasila.
Ia juga menyebutkan, yang ditolak ayahandanya adalah pemaksaan pancasila yang terjadi sejak zaman orde baru yang disebutnya menyisihkan Islam.
“Jadi penerimaan terhadap pancasila itu sudah lama. Yang ditolak sebenarnya adalah konsep yang mempertentangkan ideologi apa pun dengan Islam. Apa pun itu beliau akan menolak. Termasuk Pancasila,” paparnya dalam sambungan telepon dengan KOMPAS.TV Rabu (3/8/2022).
“Kalau pandangannya soal Islam tetap ya. Ia tetap menolak islam dipertentangkan dengan ideologi apa pun. Ketika ada konsep diadu dengan, islam dihadapkan dengan ideologi apa pun ya beliau menolak konsep itu,” sambungnya.
Ia pun cerita, banyak orang menilai sosok ayahanda sebagai orang yang keras, tapi sebenarnya tidak.
Itu kata dia, terbukti dengan video yang beredar tentang pengakuan Pancasila.
“Mungkin karena zaman dulu tidak seperti sekarang yang banyak teknologi atau media sosial, jadi banyak orang baru tahu sikap beliau itu,” ungkapnya.
Baca Juga: Ini Momen Abu Bakar Ba’asyir Mengakui Pancasila Bukan Syirik, Keluarga Sebut Terjadi saat Ramadan
Menolak Pemaksaan Pancasila Zaman Orba
Iim, sapaannya, lantas cerita, ayahanda menolak pemaksaan ideologi Pancasila yang terjadi sejak zaman orba yang dinilainya menyisihkan Islam.
“Pancasila itu bisa dilihat, sejak zaman orba pihak Pancasila itu disebut saingan dari islam. Dipaksakan. Itu yang ditolak beliau,”ungkapnya.
Ia bahkan menyebut, dalam banyak dakwah beliau selama ini sebenarnya tidak seperti yang dituduhkan, yakni ia anti-pancasila atau enggan berdialog.
“Dalam dakwah beliau selama ini dianggap tidak anti-pancasila. Menurut beliau, Pancasila yang berawal dari sejarah piagam Jakarta itu esensinya dengan menerapkan syariah islam, itu yang kurang. Ada bagian dari hukum islam tidak dipenuhi di negeri ini," paparnya.
Maka dari itu, sebenarnya yang ia tolak adalah upaya mempertentangkan Pancasila dengan Islam.
Pancasila dulu, kata dia, dijadikan halangan syariat islam. Mkanya beliau mengatakan 'dulu menolak pancasila' dan dianggap syirik.
"Karena dulu pemaksaan kuat sangat kuat. Yaitu asas tunggal pancasila," paparnya.
Ketika ditanya, apakah ada ulama tertentu yang mempengaruhi, ia menjawabnya tidak ada.
"Murni dari pemahaman beliau. Kalau soal pertemuan dengan ulama seperti Cak Nun saat beliau bebas, itu hanya bisa soal kabar, perkembangan dan semacamnya. tidak ada obrolan pancasila," katanya.
Seperti pernah diberitakan KOMPAS.TV usai bebas, pendiri Pesantren Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah itu menemui beberapa ulama.
Di antaranya adalah ulama-budayawan Cak Nun hingga ke Pondok Pesantren Tebuireng dan Ponpes Darussalam, Gontor.
Baca Juga: PBNU Soal Abu Bakar Ba’asyir Mengakui Pancasila: Semoga Bisa Pengaruhi Pihak Lainnya
Abu Bakar Ba'asyir sendiri dipenjara selama 15 tahun dengan remisi 55 bulan. Ia dipenjara karena diduga terlibat aksi terorisme.
Ba'asyir yang sekarang berusia 83 tahun sering disebut sebagai pemimpin spiritual jaringan Jemaah Islamiyah (JI) yang memiliki hubungan dengan Al Qaeda.
JI dituduh berperan besar dalam bom Bali pada 2002 yang menewaskan lebih dari 200 orang.
Abu Bakar Ba’asyir sendiri sudah bebas dari tahanan Lembaga Pemasyarakatan atau Lapas khusus kelas IIA, Gunung Sindur, Kabupaten Bogor pada 8 Januari 2021.
Baca Juga: Setelah Bebas, Abu Bakar Ba'asyir Silaturahim Ke Cak Nun, Kyai Gontor dan Tebuireng
Penulis : Dedik Priyanto Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV