Beda Pendapat Dokter Indonesia dan Pakar Luar Negeri Soal Otak Dipindah ke Perut Setelah Autopsi
Peristiwa | 2 Agustus 2022, 12:54 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Berita terkait otak jenazah Brigadir J yang dipindah ke perut selepas autopsi membuat heboh masyarakat Indonesia.
Lantas bagaimana pandangan ahli terkait hal itu?
Menurut keterangan dr. Michael Sitong Halomoan di laman Alomedika, teknik autopsi dilakukan mulai dari tahap pemeriksaan luar hingga proses pengeluaran organ atau eviserasi.
Michael menulis bahwa autopsi mesti dilakukan dengan menghormati jenazah sesuai norma dan etika profesi.
Ia juga menjelaskan, "setelah autopsi selesai, jenazah dikembalikan ke bentuk semula dengan kondisi kosmetik terbaik," tandasnya.
Baca Juga: Penjelasan Kuasa Hukum Soal Otak Brigadir J Tak Ada di Kepala Saat Diautopsi Ulang
Sementara itu, Zoe Anne Barcellos via Quora menjelaskan bahwa otak yang dipindah ke perut adalah hal biasa dalam proses autopsi.
Sebagai catatan, dalam bio di laman Quora, Zoa Anne Barcellos mencantumkan status sebagai investigator kematian medikolegal.
Penelusuran profil yang dilakukan KOMPAS TV menunjukkan, Zoe pernah mengambil studi Speech Communication di Universitas Alaska dan sempat terlibat donasi organ kornea mata.
Adapun Departemen Layanan Peradilan Pidana Virginia Amerika Serikat mencatat Zoe bekerja sebagai polisi di Kota Reno, Nevada, divisi K9.
Sementara terbaru, nama Zoe tercatat mendapatkan sertifikasi sebagai investigator kematian medikolegal dari American Board of Medicolegal Death Investigator (ABMDI).
"Semua organ, termasuk otak, ditempatkan di dalam tas plastik tebal yang disebut tas visera atau 'kantong jeroan'. Dan Anda benar, semua dijahit di dalam perut," terang Zoe.
"Rongga perut dan dada setelah autopsi dalam keadaan kosong, kantong jeroan dimasukkan ke dalam perut, seringkali sebagian masuk hingga ke rongga dada juga. Lalu tulang dada akan ditempatkan di atas dan sayatan berbentuk huruf Y akan dijahit," imbuhnya.
Bentuk huruf Y merupakan salah satu teknik sayatan atau insisi, selain teknik lainnya seperti insisi berbentuk huruf I, insisi U dalam dan insisi kosmetik.
Menurut Zoe, tak ada alasan untuk mengembalikan organ sesuai struktur anatomisnya, termasuk otak, sebab itu akan membuatnya berceceran.
"Anda memiliki sekitar 10-14 irisan otak, saya yakin gravitasi akan membuatnya mendorong tengkorak terpisah di belakang dan dan otak bersandar pada kulit kepala," kata Zoe.
"Ini akan mendistorsi fitur wajah. Tak ada gunanya, Anda tidak lagi membutuhkan otak di tengkorak (ketika sudah meninggal - red)," tandasnya.
Masih dalam laman yang sama, Dokter Forensik RSUP Persahabatan dr. Putri Dianita Ika Meilia mengungkapkan beda pandangan soal otak yang dipindah ke perut selepas autopsi.
"Nah, di sini, di Indonesia, tempat saya bekerja, bukan itu cara kami setelah autopsi. Setiap organ kembali ke tempat asalnya. Otak dimasukkan kembali ke dalam tempurung kepala (dalam kantong plastik untuk mencegahnya berceceran)," kata Putri.
"Lidah kembali ke rongga mulut. Organ toraks dan perut juga diganti ke dalam rongga thoraco-abdominal sendi dalam posisi perkiraan mereka," imbuhnya.
Putri menjelaskan bahwa mengembalikan organ ke posisi anatomisnya bukan hal penting untuk tujuan penguburan.
"Tetapi saya pribadi berpikir itulah yang lebih sopan dan menghormati almarhum," tandasnya.
Baca Juga: IPW Dorong LPSK Libatkan TNI Lindungi Saksi Kasus Brigadir J: Saya Lihat Saksi Tidak Bebas
Penulis : Rofi Ali Majid Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV/Alomedika