Pakar Hukum Pidana sebut Sidang Mas Bechi Anak Kiai Jombang Perlu Dipindah agar Korban Tak Tertekan
Kriminal | 8 Juli 2022, 14:44 WIBJOMBANG, KOMPAS.TV- Pakar Hukum Pidana Asep Iwan Iriawan mengatakan, persidangan tersangka pencabulan Moch Subchi Azal Tsani (MSAT) alias Mas Bechi patut dipindahkan di lokasi yang lebih netral agar sidang dapat berjalan kondusif.
“Karena itu wilayahnya (Jombang), simpatisannya di situ, santrinya di situ yang masih-masih nurut kepada Kiainya, ya kita khawatir, kita tidak berharap ada kejadian yang tidak diinginkan,” kata Asep dalam Breaking News di Kompas TV, Jumat (8/7/2022).
Lebih dari itu, Asep menilai persidangan perlu dilakukan di lokasi yang lebih netral untuk menghindari adanya tekanan-tekanan terhadap korban-korban pencabulan dari tersangka Mas Bechi yang juga merupakan putra dari KH Muhammad Mukhtar Mukthi, pimpinan pondok pesantren (Ponpes) Shiddiqiyyah, Ploso, Jombang, Jawa Timur.
“Kalau ditarik ke Surabaya, KUHAP memungkinkan kok, oleh KUHAP diatur pemindahan persidangan di mana situasi masyarakat tidak memungkinkan atau saksinya tidak memungkinkan bisa ditarik ke Surabaya atau yang terdekat lah,” jelas Asep.
Baca Juga: Bechi Tersangka Pencabulan Santriwati Dijerat 3 Pasal dan Terancam Hukuman 12 Tahun Penjara
“Kalau Surabaya ibu kota provinsi, Polda pun bisa mem-backup dengan cepat, artinya apa, nah kita khawatir kalau di Jombang tadi situasi massa simpatisan dari pesantren tersebut membela terdakwa, kedua korban takut lebih tertekan di kota tersebut.”
Terkait pemindahan lokasi sidang untuk tersangka pencabulan Mas Bechi, Asep memastikan tidak ada yang menyalahi dari hal tersebut.
“Kita kan pernah kejadian di wilayah dekat tersebut, dulu pernah ada pengadilan dibakar, jadi dibakar habis tuh karena menyangkut kejadian sensitivitas tadi,” ujarnya.
Seperti diberitakan KOMPAS.TV sebelumnya, kasus pencabulan yang diduga dilakukan anak dari Pengasuh Pondok Pesantren Shiddiqiyyah Jombang Kiai Haji Muhammad Mukhtar Mukthi terjadi di Kabupaten Jombang.
Baca Juga: Bechi akan Disidang di PN Surabaya, Kejati Jatim: Ini Terkait dengan Kondusivitas
Tapi kemudian, sesuai keterangannya dalam Breaking News di Kompas TV, Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Timur mengatakan persidangan tersangka Moch Subchi Azal Tsani (MSAT) alias Mas Bechi dalam kasus pencabulan terhadap santriwati akan dilakukan di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya.
Hal tersebut dilakukan untuk menjaga jalannya persidangan dapat berjalan dengan kondusif.
“Kenapa persidangan di Surabaya, ini terkait dengan kondusivitas,” ucap Aspidum Kejati Jatim Sofyan Selle.
Dalam keterangannya, Sofyan lebih lanjut menambahkan, terhadap tersangka Moch Subchi Azal Tsani (MSAT) pihaknya akan mendakwanya dengan 3 pasal. Pertama, kata Sofyan, Pasal 285 KUHP, Pasal 289 KUHP dan Pasal 294 KUHP.
Sebagai informasi, Pasal 285 KUHP berbunyi: Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa perempuan yang bukan isterinya bersetubuh dengan dia, dihukum, karena memperkosa, dengan hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun.
Baca Juga: Halangi Polisi Tangkap Bechi Tersangka Pencabulan, 5 Pengikutnya Ditetapkan Tersangka
Kemudian Pasal 289 KUHP: Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seseorang melakukan atau membiarkan dilakukan pada dirinya perbuatan cabul, dihukum karena merusakkan kesopanan dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan tahun
Pasal 294 ayat 2 KUHP yang berbunyi: Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya yang belum dewasa, anak tiri atau anak pungutnya, anak peliharaannya, atau dengan seorang yang belum dewasa yang dipercajakan padanya untuk ditanggung, dididik atau dijaga, atau dengan bujang atau orang sebawahnya yang belum dewasa, dihukum penjara selama-lamanya tujuh tahun.
(2) Dengan hukuman yang serupa dihukum:
Baca Juga: Kiai Jombang Sebut Anaknya Difitnah, Kapolda Jatim: Salah atau Tidak, Lewat Proses Pengadilan
1e. pegawai negeri yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang dibawah perintahnya atau dengan orang yang dipercayakan atau diserahkan padanya untuk dijaga. (K.U.H.P. 92).
2e. pengurus, tabib, guru, pegawai, mandor (opzichter) atau bujang dalam penjara, rumah tempat melakukan pekerjaan untuk negeri (landswerkinrichting), rumah pendidikan, rumah piatu, rumah sakit, rumah sakit ingatan atau balai derma, yang melakukan pencabulan dengan orang yang ditempatkan disitu
Penulis : Ninuk Cucu Suwanti Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV