UAS Tak Boleh Masuk Singapura, Menko PMK: Bertetangga Penting Menjaga Mulut
Peristiwa | 19 Mei 2022, 22:30 WIBJAKARTA, KOMPAS. TV - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menanggapi insiden penolakan Singapura terhadap pendakwah Ustaz Abdul Somad (UAS) yang ingin memasuki negara itu.
Menurut Muhadjir, kasus Abdul Somad merupakan gambaran bahwa warga Indonesia dan Singapura merupakan tetangga yang harus saling menghormati dan menjaga etika.
“Beginilah hidup bertetangga itu, tidak hanya artinya (dari) rumah ke rumah, tetapi sesama negara juga ada etika, ada tata cara saling menghormati,” ujar Muhadjir, Kamis (19/5/2022).
Muhadjir mengatakan, dalam hidup bertetangga sehari-hari, penting untuk menjaga tutur kata.
Baca Juga: Politikus PDIP Sebut Indonesia Tak Bisa Intervensi Singapura yang Tolak Kedatangan Ustaz Abdul Somad
Dalam konteks bernegara pun, disebutkan Muhadjir, penting bagi warga negara untuk saling menjaga ucapan.
“Kita sebaiknya sama, dengan bertetangga mulai menjaga lidah, menjaga mulut, menjaga tangan, sehingga kita bisa hidup enak,” ungkapnya.
Dengan menjaga tutur kata dan perbuatan kepada tetangga, imbuhnya, maka tak perlu ada peristiwa pengusiran.
“Kita bisa bertamu ke tetangga juga enak, tidak perlu diusir. Sebaliknya juga gitu, kita menerima tetangga datang dengan enak,” tukasnya.
Baca Juga: Komentar TB Hasanuddin Soal Ustaz Abdul Somad yang Ditolak Masuk Singapura?
Pemerintah Singapura melalui Kementerian Dalam Negeri dan Hukum menjabarkan alasan terkait penolakan Abdul Somad Batubara dan rombongan.
Situs resmi Kemendagri dan Hukum Singapura menjelaskan tiga poin alasan penolakan UAS ke negeri Singa itu.
Berikut pernyataan lengkap Kemendagri dan Hukum Singapura terkait penolakan UAS dan rombongan:
Pertama, Kemendagri dan Hukum Singapura mengonfirmasi kedatangan Abdul Somad di pelabuhan Tanah Merah pada Senin (16/5/2022) dari Batam, bersama enam pendamping.
Baca Juga: KBRI Kirim Nota Diplomatik pada Singapura Buntut Tolak UAS, Ustaz Abdul Somad
Penolakan Abdul Somad bersama enam pendamping perjalanan dilakukan saat rombongan tiba di pelabuhan Tanah Merah Singapura.
Setelah petugas melakukan wawancara terhadap Abdul Somad, rombongan ditolak masuk ke Singapura dan dipulangkan menggunakan kapal feri ke Batam pada hari yang sama.
Kedua, Abdul Somad diketahui menyebarkan ajaran ekstremis dan segregasi, yang tidak dapat diterima di masyarakat multi-ras dan multi-agama di Singapura.
Misalnya, Somad telah mengkhotbahkan bahwa bom bunuh diri adalah sah dalam konteks konflik Israel-Palestina, dan dianggap sebagai operasi syahid.
"Dia (Abdul Somad) juga membuat komentar yang merendahkan anggota komunitas agama lain, seperti Kristen, dengan menggambarkan salib Kristen sebagai tempat tinggal jin (roh/setan) kafir. Selain itu, Somad secara terbuka menyebut non-muslim sebagai kafir," tulis keterangan resmi Kemendagri dan Hukum Singapura, yang dipublikasi Selasa (17/5/2022).
Ketiga, Kemendagri dan Hukum Singapura menekankan, masuknya pengunjung ke Singapura bukanlah secara otomatis atau hak. Setiap kasus dinilai berdasarkan kepatutan masing-masing.
"Meskipun Somad berusaha memasuki Singapura dengan berpura-pura melakukan kunjungan sosial, Pemerintah Singapura memandang serius setiap orang yang menganjurkan kekerasan dan/atau mendukung ajaran ekstremis dan segregasi," jelas keterangan resmi Kemendagri Singapura.
Penulis : Vidi Batlolone Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV