Sekjen DPR Ungkap Alasan Renovasi Gedung Kura-kura: 58 Tahun Belum Ada Perbaikan Menyeluruh
Berita utama | 19 Mei 2022, 11:13 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Sekretaris Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Indra Iskandar mengatakan Gedung Nusantara DPR, yang biasa disebut Gedung Kura-kura, belum pernah dilakukan perbaikan secara menyeluruh sejak pertama dibangun pada 1965 silam.
Gedung Nusantara yang pembangunannya diinisiasi oleh Presiden Pertama Ir Soekarno, kini mengalami kerusakan di sejumlah bagian.
Demikian Indra Iskandar menjelaskan alasan perlunya dilakukan renovasi pada Gedung Kura-kura DPR kepada Jurnalis KOMPAS TV Agi Kurniasandi, Rabu (18/5/2022) kemarin.
“Gedung kura-kura ini dibangun di awal tahun 60-an, ini adalah gedung heritage yang dibangun oleh Bapak Insinyur Soekarno, dulu presiden kita dan saya kira dengan umurnya yang sudah sekitar 58 tahun memang selama ini belum pernah dilakukan perbaikan atau pemeliharaan menyeluruh,” ucap Indra.
Baca Juga: Pengamat soal Cat Gedung DPR Senilai Rp4.5 M: Patut Ditolak, Kontroversi Gorden Saja Belum Terjawab
Dalam kesempatan tersebut, Indra pun menunjukkan sejumlah kondisi terkini terkait gedung yang selalu digunakan untuk pelantikan anggota DPR, Presiden dan Wakil Presiden itu.
“Ini luka atau robekan dari waterproofing yang sudah menganga,” ucap Indra sambil menunjukkan beberapa bagian yang terkelupas.
Berdasarkan tayangan KOMPAS TV, waterproof untuk Gedung Nusantara berbentuk kura-kura itu memang robek dan ada yang bergelembung di sejumlah sisi.
Bagian yang robek di sejumlah tempat membuat gelembung-gelembung di area sekitarnya.
Oleh karenanya, Indra menuturkan Kesekjenan DPR menganggarkan Rp4,6 miliar untuk perbaikan “dome” Gedung Nusantara berbentuk kura-kura.
“Untuk perbaikan atau waterproofing ini kami anggarkan Rp4,6 miliar ya, itu pagu ya. Pastinya tentu kita masih menunggu proses pelelangan, pelelangan ini diperkirakan antara 3 minggu sampai 1 bulan lah,” ucap Indra.
Baca Juga: Dugaan Penyimpangan Tender Gorden Rp43,5 M Diminta Dilanjutkan, meski DPR Hentikan Proyek
Upaya Kesekjenan DPR untuk memperbaiki Gedung “dome” Gedung Nusantara ini direspons penolakan oleh Pengamat Lingkar Madani Indonesia Ray Rangkuti.
Bukan tanpa alasan, Ray menilai perbaikan cat Gedung Nusantara berbentuk Kura-kura patut ditolak karena kontroversi gorden belum terjawab.
“Mengapa? Karena kontroversi pengadaan gorden DPR belum jua terjawab sepenuhnya. Rencana audit pengadaan tersebut, sampai sekarang, belum jua jelas nasibnya,” ucap Ray Rangkuti kepada KOMPAS TV, Kamis (19/5/2022).
“Apa hasilnya? Bagaimana prosesnya? Dan sejauh apa koreksi internal atas kejadian ini, apakah proses tendernya dilakukan secara benar, dan sebagainya,” tambah Ray Rangkuti.
Baca Juga: Besok, MKD DPR Panggil Harvey Malaihollo Soal Nonton Porno Saat Rapat
Oleh karena itu, kata Ray, sudah semestinya dalam masa menunggu hasil audit tersebut harus ada moratorium segala bentuk pengadaan di gedung DPR.
“Itulah yang sepatutnya. Bukan sebaliknya, audit belum dilakukan tapi pengadaan berjalan terus. Padahal, tidak ada kedaruratan dalam pengadaan tersebut,” tegas Ray.
Apalagi, Ray menilai pengecatan gedung bundar DPR bukanlah sesuatu yang urgent dan prinsipil. Yang tanpa itu, sambung Ray, kinerja DPR jadi terhambat atau terhalang.
“Pengecatan itu bahkan jauh dari kebutuhan untuk perbaikan kinerja dan kapasitas anggota DPR,” ucap Ray.
Penulis : Ninuk Cucu Suwanti Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV