Aktivis Mahasiswa 98 Bakal Gelar Syawalan Akbar di Yogyakarta, Temanya Ngumbar Demonstran
Update | 19 Mei 2022, 03:05 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Aktivis 98 yang terdiri dari beragam gerakan mahasiswa 1998 akan menggelar Syawalan akbar sekaligus konsolidasi nasional di ballroom Rich Hotel Yogyakarta, Minggu (22/5/2022). Kegiatan ini bertepatan dengan peringatan 24 tahun gerakan reformasi di Indonesia pada Mei 2022.
Syawalan akan dihadiri perwakilan aktivis 98 dari berbagai kota seperti Jakarta, Tangerang, Bandung, Tasikmalaya, Garut, Cirebon, Semarang, Purwokerto, Solo, Malang, Blitar, Surabaya, Lamongan dan lainnya.
Tokoh-tokoh aktivis yang hadir antara lain Yahya, Muhaji (Surabaya), Badrus Zaman (Sidoarjo), Lodzi (Malang), Mustain (Pasuruan), Wahab (Gresik), Yayak Zakiyah (Jombang), Kaniran (Kediri), Kinan (Blitar), Toto, Aziz, Kuat (Solo), Dimyati (Salatiga), Ellen, Eta (Semarang), Beny (Kendal), Ryan (Pekalongan), Bucek (Pandeglang), Denny (Serang), Rifky (Cirebon), Dekri (Pekanbaru), Nudin Lazaido (Palu), Savic Aleha, Ulung Beka Harsana (Jakarta), Agus Malmo (Tangerang), Wisnu Agung, Widihasto, Gunawan, Hendro Plered (Yogyakarta), dan sebagainya.
Baca Juga: Aktivis 98 Kembali Usulkan 4 Mahasiswa Korban Tragedi Trisakti jadi Pahlawan Nasional
Menurut ketua panitia Syawalan akbar aktivis 98 Syafaat Noor Rohman, acara ini merupakan ajang konsolidasi simpul-simpul aktivis gerakan mahasiswa 1998 yang telah menyebar di banyak bidang.
“Ada yang jadi politisi, pengusaha, ulama, profesional, seniman, dosen, jurnalis dan lain sebagainya. Harapannya, tiap-tiap individu tetap setia dan konsisten pada visi politik kerakyatan sebagaimana dulu ketika masih menjadi aktivis jalanan,” ujarnya dalam siaran pers, Rabu (18/5/2022).
Meski hampir seperempat abad gerakan reformasi 1998 yang meruntuhkan rezim Soeharto berlalu, namun amanat dan cita-cita reformasi diakuinya belum sepenuhnya tercapai. Berbagai persoalan bangsa seperti korupsi, besarnya kesenjangan ekonomi, tingginya utang luar negeri, ditambah ancaman intoleransi belum sepenuhnya dapat teratasi.
Ia tidak menampik, demokratisasi politik dengan hadirnya sistem multipartai, termasuk pembatasan kekuasaan presiden, memang telah terwujud.
“Namun demokrasi baru sebatas demokrasi prosedural. Masih jauh dari nilai-nilai demokrasi substansial,” ucapnya.
Ia mencontohkan, politik uang dari kelompok-kelompok oligarki masih mengangkangi pelaksanaan pemilihan umum. Di alam reformasi ini, isu-isu kepentingan rakyat kecil, seperti ketercukupan sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan serta upah kerap terkalahkan oleh agenda-agenda pragmatisme politik kekuasaan.
Penulis : Switzy Sabandar Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV