Dugaan Aksi Sang Mafia Minyak Goreng
Aiman | 4 April 2022, 06:05 WIBAntrean Minyak Goreng masih terus terjadi. Karena perbedaan harga yang sangat tinggi. Presiden Jokowi akhirnya mengumumkan Bantuan Langsung Tunai Rp 100 ribu/ bulan selama 3 bulan. Meski luka tampaknya belum terobati tuntas, karena dugaan mafia masih berkeliaran di luar sana. Program AIMAN di Kompas TV membongkarnya!
Mafia tentu bukan sendiri, ada jaringan yang diduga bekerja. Aksinya nyata, karena bisa dilihat dari sebab dan akibat yang ada.
Mendag: Mafia Minyak Goreng, Manusia Jahat dan Rakus!
Setidaknya Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi telah mengungkapkan tiga aksi mafia yang dikatakannya sebagai manusia jahat dan rakus!
"Dengan permohonan maaf, Kemendag tidak dapat mengontrol karena ini sifat manusia yang rakus dan jahat," katanya di depan DPR pada Kamis (17/3/2022) lalu.
Bahkan Menteri Lutfi sesumbar akan mengumumkan sang mafia pada Senin 4 hari setelahnya!
"Saya, kita pemerintah, tidak pernah mengalah apalagi kalah dengan mafia, saya akan pastikan mereka ditangkap dan calon tersangkanya akan diumumkan hari Senin," ujarnya.
Data-data pun diserahkan ke Bareskrim Polri. Meski sudah 3 kali Hari Senin, sang mafia tetap saja berkeliaran, dan tak kunjung diumumkan. Alasannya karena penegak hukum menganggap belum ada cukup bukti.
Apa pun terkait perjalanan penyelidikan hukumnya, setidaknya ada 3 modus yang sempat diungkapkan Menteri Lutfi dari dugaan mafia minyak goreng ini!
Baca Juga: Susul Minyak Goreng dan Daging, Kini Giliran Harga Gula Pasir yang Naik dan Langka!
Tiga Modus Mafia Migor Versi Mendag
Pertama, mafia melarikan minyak goreng curah (yang harganya murah) subsidi ke industri menengah ke atas. Kedua, minyak goreng curah dikemas ulang menjadi minyak goreng kemasan (premium). Ketiga, minyak goreng curah subsidi dilarikan ke luar negeri.
Alhasil minyak goreng curah, pasokannya turun drastis!
Yang kita lihat, antrean terlihat di mana-mana hampir di seluruh pelosok negeri. Saya pun menghampiri sejumlah, di antaranya, di Jakarta Utara.
Miris melihat mereka antre, sejak Subuh hingga maksimal pukul 9 pagi. Mereka berupaya mendapatkan minyak goreng seharga Rp 15.500/Kg. Dan maksimal mereka hanya bisa mendapatkan 17 kilogram saja.
Untung yang mereka dapatkan hanya sekitar 1.500 per Kilogram. Jadi Antre 3 jam, hanya mendapat untung tidak sampai Rp 30 Ribu.
Mayoritas dari mereka adalah pedagang eceran alias warung kecil, selain itu ada pula pedagang makanan dan penjual gorengan.
Kenapa mereka tetap bersedia antre, khususnya bagi pemilik warung sembako?
Kan bisa saja, mereka hanya menjual beras atau telur dan terigu misalnya?
Saya tanyakan soal ini di Program AIMAN Kompas TV, ke mereka. Ternyata sebagian besar pembeli enggan membeli tanpa ada minyak goreng. Mereka akan beralih membeli beras, telur, dan yang lain ke warung yang menjual lengkap dengan minyak goreng.
Cara Mafia Migor Bekerja Versi Maki, Mirip dengan Temuan Mendag
Ada dugaan Menteri Lutfi, ada pula temuan Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI). Koordinatornya, Boyamin Saiman mengungkapkan 2 hal.
Pertama, ada dugaan pihak eksportir yang tidak punya kuota (tidak memenuhi syarat), tapi bisa ekspor CPO (minyak sawit mentah) ke luar negeri.
Kedua, ada indikasi para pengusaha ini mengekspor CPO saja bukan minyak goreng, untuk menghindari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di dalam negeri. Di luar negeri, nanti CPO akan dijadikan Minyak Goreng yang memang harganya sedang sangat tinggi saat ini.
Kok bisa ekspor tidak sesuai syarat? Pertanyaan besar!
Boyamin telah melaporkan dugaan aksi mafia minyak goreng ini ke penegak hukum. Kejaksaan Agung juga telah menyelidiki kasus ini, yang diduga juga melibatkan oknum aparat negara di aksinya.
Apa pun yang tampak jelas dari dugaan-dugaan di atas, alhasil minyak goreng jadi turun drastis di dalam negeri. Padahal Indonesia adalah negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia, sekaligus menjadi pengekspor minyak sawit terbesar.
Lalu kenapa rakyatnya antre berjam-jam untuk menutupi setetes kebutuhan mereka?
Hanya nurani yang bisa menjawabnya!
Saya Aiman Witjaksono...
Salam!
Penulis : Fadhilah
Sumber : Kompas TV